Senin, 12 Desember 2016

PENGERTIAN, URGENSI DAN SIGNIFIKASI METODOLOGI STUDI ISLAM

BAB 1: PENGERTIAN, URGENSI DAN SIGNIFIKASI METODOLOGI STUDI ISLAM
A.      PENGERTIAN
Menurut bahasa [terminologi], metode berasal dari bahasa yunani, yaitu meta , hodos [jalan]. Metode adalah suatu ilmu tentang cara atau langkah-langkah yang di tempuh dalam suatu disiplin tertentu untuk mencapai tujuan tertentu. Istilah (terminologi), metode adalah ajaran yang memberi uraian, penjeasan, dan penentuan nilai. Di dalam kamus besar bahasa indonesia, metode adalah cara kerja yang besistem untuk memudahkan pelaksanaan suatu kegiatan guna mencapai tujuan yang di tentukan.
Ketika metode digabung dengan kata logos praktis maknanya lansung berubah. Logos berarti “studi tentang” atau ” teori tentang”. Dengan kata lain, metodologi adalah ilmu cara-cara dan langkah-langkah yang teopat (untuk menganalisa sesuatu) penjelasan serta penerapan cara. Istilah metodologi studi islam di gunakan ketika seseorang ingi membahas kajian-kajian seputar ragam yang biasa di gunakan dalam studi islam. Metodologi juga berguna untuk membantu seseorang dalam mengembangkan keilmuan yang dimilikinya dan mengadakan pemahaman keislaman secara utuh dan komprehensif .Untuk memahami islam secara garis besar ada dua macam pertama, metode komprasidan yang kedua, metode sintesis.
B.      Ruang Lingkungan Studi Islam
Studi islam merupakan studi disiplin ilmu yang yang ruang lingkup studi islam keislaman dalam tradisi sarjana barat melipputi pembahasan tentang ajaran, pemikiran, teks, sejarah dan institusi keislaman. Studi islam tidak hanya melibatkan aspek kognitif (pengetahuan tentang ajaran-ajaran islam), tetapi juga aspek afektif dan psikomotorik (menyangkut atas bagaiman sikap dan pengamalan atas ajaran islam). Perkembangan luas ruang lingkup studi islam dilihat dari berbagai disiplin ilmu, seperti munculnya antropologi, sosiologi, psikologi, dan ilmu sosial lain. Penggunaan metologi sebagai pendekatan dalam penelahan ilmu-ilmu dasar ke islam tersebut. Maka dari itu kedudukan islam sangat penting peranan, karena studi islam merupakan disiplin ilmu yang menerangkan dasar seseorang dalam beragama.
Secara metodologis, agama dapat di jadikan sebagai suatu fenomena yang denamis dan rill, betapapun di sisilain ia mungkin bersifat abstrak, sebagai sesuatu yang diyakini dan dihayati dari pada dipahami dan dicari kebenarannya layaknya usaha akademis. Islam sebagai agama teologis juga merupakan agama pengetahuan dan melahirkan beragam pemikiran, lahirnya pemikiran ini memberi indikasi yang kuat bahwa pada dataran pemahaman dan aktualisasi nilai islam merupakan suatu wujud keterlibatan manusia dalam islam, dan bukan berarti mereduksi atau mentranformasikan doktrin esensialnya. Adapun proses terbentuknya lembaga keagamaan dapat diuraikan sebagai berikut.
1.       Proses pelembagaan (institusionalization)
2.       Norma-norma yang terinternalisasi.
Disiplin agama bisa menjadi islam menjadi sebuah agama bisa menjadi objek kajian yang lebih luas.
E. Islam Normatif dan Histori
Islam normatif merupakn agama yang didalamnya berisi ajran tuhan yang berkaitan dengan akidah dan muamalah. Sedangkan islam historis adalah islam yang tidak biasa dilepaskan dari kesejarah dan kehidupan manusia yang berada dalam ruang dan waktu. Maka islam pada tahap ini terpengaruh bahkan menjadi sebuah kebudayaan. Pengelompokan islam normatif dan islam historis:
1. Wilayah texs asli islam
2. Pemikiran islam yang menjadi ragam penafsiran terhadap teks asli islam (al-Qur’an sunah dan sunah nabi muhamammad SAW)
3. Praktek yang dilakukan kaum muslimin.
Dari penjelasan di atas jika di kesrucutkan lagi yaitu normatif dan historis, tidak dapat dipisahkan satu lain semuanyaada koherensi untuk mencapai pemahaman dari hakiakt islam
BAB II : STUDI ISLAM
A.      Studi Islam Sebagai Disipin Ilmu
Dari segi normatif yang terdapat dalam al-qur’an dan hadis, ilmu lebih merupakan agama yang tidak dapat di berlakukan kepadanya paradikma ilmu-ilmu pengetahuan yaitu paeradikma analitis, kritis, metodologis, historis, dan empiris. Jika dilihat dari histiroris, yakni islam dalam arti yang dipraktekkan oleh manusia serta tumbuh dan berkembang dalam kehidupan manusia, maka islam dapat dikatan sebagai sebuah disipin ilmu, yakni ilmu ke-islaman,lamic studiyes, atau dirasah islamiyah. Stadi islam sebagai sebuah disiplin ilmu tersendiri sangat terkait erat dengan peroalan metode dan pendekatan yang akan dipakai dalam melakuakan pengkajiaan.
B.      Pertumbuhan dan Objek Stadi Islam
Stdi islam menumbukan berbagai macam disiplin ilmu bru yang sangat kreatif. Studi islam berkembang hampir seluruh nn islam, negara di dunia, baik ilsam maupun bukan islam. Di chicago, kajiaan islam lebih mengutamakan kajiaan tentang pemikir, bahasa arab,naskah klasik, dan bahasa non arab. Di amerika, mengutamakan studi sejarah islam, bahasa-bahasa islam seain bahasa arah, sastra dan ilmu-ilmu sosial . di ucla,dibagi menjadi empat kompone pertama, doktrin dan sejarah isalm kedua, bahaa arab, ketiga , ilmu-ilmu sosial, sejarah, dan sosologi. Di london, studi islam di gabungkan dalam Fakultas Studi Ketimuran dan Afrika. Obyek stadi islam dapat dikelompokan menjadi beberapa bagiaan, yaitu sumber-sumber islam ,doktrin isam,ritual dan institusi isalam, sejarah islam, aliran dan pemikiran tokoh, studi kawasan, dan bahasa.
C.      Sejah Metode dan Pendekatan MetodeIislam
Jika disepakati metode islam menjadi disiplin ilmu tersendiri maka bedakan antara penyataan, pengetahuaan, ilmu. pertama kenyataan yang disepakati kedua, kenyataan yang didasarkan atas pengalaman kita sendiri. Kesakhikhan pengetahuaan banyak tergantung pada sumbernya yaitu tradisi dan autoritas ketiga, ilmu dalm arti science menawarkanua bentuk pendekamaatan terhadapkenyataan melalui penalaran personal, yaitu pendekatan khusus untuk menemukan kenyataan. Ilmu di bagi menjadi dua cabang besar pertama, ilmu tentang tuhan, dan kedua ilmu tentang makhluk ciptaan tuhan.
Metode studi islam yang opernah ada dalam sejarah di bagi menjai dua pertama metode komperasi dan kedua metode sintesis. Metode ilimiyah digunakan untuk memahami islam yang nampak dalam penyataan historis, empiris, dan sosiologis. Sedangkan metode teologis normatif di gunakan untuk memahami islam yang tekandung dalam kitap suci. Pendekatan tyang digunakan dalam memahami agama adalah pendekatan teologis normatif, antropologis, sosiologis, psikologis, historis, kebudayaan, dan pendekatan filosofis.
BAB III: STUDI ISLAM
A.      Penelitian agama
Penelitian agama adalah mencari, menelaah , meneliti serta menemukan jawaban atas permasalahan dan pertanyaan seputar kenyakinan manusia kepada sebuah kekuatan di atas kekuatan manusia yang mana kekuatan tersebut diekspresikan dalam dalam bentuk penyembahan dan pengabdian serta sesuatu yang dianggap sakral dan suci. Agama juga merupakan objek kajian atau penelitian, karena agama merupakan bagian dari bagian kehidupan sosial kultural. Jadi, penelitian agama bukanlah meneliti hakikat agama dalam arti wahyu, melainkan meneliti manusia yang menghayati, menyakini, dan memperoleh pengaruh agama. Dengan kata lain, penelitian agama bukan bukan meneliti kebenaran teologi atau filosofi tetapi bagaimana agama itu ada dalam kebudayaan dan sistem sosial berdasarkan fakta atau realitas sosial-kultural.
Sedangkan penelitian keagamaan islam menurut Middleton adalah penelitian yang objeknyaadalah agama sebagai produk interaksi sosial. Sedangkan penelitian keagamaan adalah penelitian tentang praktik-praktik ajaran agama yang dilakukan oleh manusia secara individual dan kolektif.
1.Unsur-unsur atau aspek-aspek
Secara sederhana agama bisa diartikan sebagai kepercayaan kepada tuhan atau dewa-dewa. Kepercayaan tuhan selalu dijabarkan kepercayaan kepada High God , kepercayaan pada dewa agung terdapat pada semua agama. Akan tetapi jika dipelajari pengetahuan tentang keberadaan tuhan dianggap sudah terbentuk dalam akal pikiran manusia (innate).
2. Orde
Orde berlaku pada seluruh pada seluruh kenyataan, asalnya dari atas diletakkan. Orde diberi tafsiran yang berbeweda-beda:
a.Orde Kosmos
Disini yang dipentingkan keselarasan dengan kosmos sekitarnya. Tetapi orde kadang-kadang dilanggar, misalnya orang melahirkan kembar. Untuk tetap hermonis dilakukan upacara tertentu.

b. Orde hukum etis
Yang terpenting disini adalah akhlak kehendak Tuhan untuk tinngkah laku manusia terhadap Tuhan dan sesamanya.
3.       Tiap-tiap agama dan kenyakinan tentang keterokan-keterokan atau krgagalan, ada kekurangan dan ketidak sempurnaan
BAB IV: MODEL-MODEL PENELITIAN AGAMA (BAGIAN 1) AGAMA SEBAGAI IDEOLOGI DAN DOKTRIN
A.      IDEOLOGI
1.Pengertian Ideologi
Ideologi berasal dari bahasa Yunani dan merupakan gabungan dari dua kata yaitu edios yang artinya gagasan atau konsep dan logos yang berarti ilmu. Ideologi dapat diartikan mengacu pada apa yang orang pikir dan percaya mengenai masyarakat, kekuasaan, hak, tujuan kelompok, yang kesemuanya menentukan jenis tindakan mereka. Ideologi menurut Aristoteles adalah tentang terbentuknya ide dalam benak manusia. Ide dalam benak manusia tersimpan dalam ingatan intelektual untuk dapat dipanggil kembali dan dikenali pada masa mendatang. Jadi ,pengetahuan manusia merupakan kumpulan ide-ide atau pola hubungan antara ide tersebut.
2.Prinsip-prinsip Ideologi
Ciri-ciri ideologi dan lingkup pemikiranya.
Tujuan utama dibalik ideologi adalah menawarkan perubahan melalui proes pemikiran yang normatif. Secara implisit, setiap pemikiran polotik mengikuti sebuah ideologi walaupun tidak diletakkan sebagai sistem berpikir yang eksplisit.
Menurut F. Budi Hardiman dalam bukunya “kritik ideologi:perantauan pengetahuan dan kepentingan”, ciri-ciri ideologi sebagai berikut:
a.       Mempunyai deraja yang tertinggi sebagai nilai hidup kebangsaan dan kenegaraan.
b.      Mewujudkan suatu asas kerohanian, pandangan dunia, pandangan hidup, pedoman hidup, peganggan hidup yang dipelihara diamalkan dilestarikan kepada generasi berikutnya, diperjuangkan dan dipetahankan dengan kesedihan berkorban.
prinsip-prisip ideologi dapat diartikan sebagai berikut:
a.       Nilai yang menentukan seluruh hidup manusia.
b.      Gagasan yang diatur dengan baik tentang manusia dan kehidupan
c.       Kesepakatanya bersama yang membuat nilai dasar masyarakat dalam suatu negara
d.      Pembangkit kesadaran masyarakat dalam akan kemerdekaan melawan penjajahan
e.      Gabungan antara pandangan hidup yang merupakan nilai-nilai falsafah yang menjadi pedoman hidup suatu negara.


B. Pengerian Doktrin
Kata doktrin berasal dalam inggris doctrine yang berarti ajaran. Dari kata doctrine itu kemudian dibentuk kata doctrinal yang berarti yang berkenaan dengan ajaran atau yang benrsifat ajaran. Doktrin berisi ajaran kebenaran yang sudah memiliki “balutan” filosofis sebagai suatu ajaran, doktrin lebih bersifat praktis.
C.Agama Sebagai Doktrin
Doktrin agama adalah suatu akidah atau kepercayaan kepada Tuhan, suatu ikatan, kesadaran dan penyembahan secara spritual kepada-Nya. Doktrin agama bersumber kepada wahyu. Dan agama diperuntukkan bagi manusia. Karena agama bersumberkan pada wahyu, berarti kebenaran yang dimunculkannya bernilai mutlak.
Harun Nasution membagi ajaran agama menjadi “ajaran dasar” (mutlak) dan “ajaran penjelasan” (nisbi). Disebut “ajaran dasar” karena sumbernya wahyu, yakni berupa ajaran-ajaran tekstual yang terdapat dalam kitab-kitab suci (dalam islam: al-Qur’an)dan disebut “ajaran penjelasan” karena sumbernya adalah pemikiran manusian, yang berupa upaya ijtihad dari ajaran dasar.
D.Islam Sebagai Doktrin
Islam sebagai doktrin adalah memandang islam sebagai wahyu Allah sebagaimana ajarannya terdapat dalam al-Qur’an dan al-Sunnah yang diyakini kebenarannya dan bersifat mutlak. Doktrin islam yang paling pokok adalah trilogi iman, islam, ihsan
1.       Iman, pembenaran dan keyakinan terhadap adanya Allah dengan Ke-Esa-an-Nya, Malaikat, pertemuan dengan-Nya, para utusan-utusan-Nya dan percaya kepada hari kebangkitan atau hari akhir.
2.       Islam, ketundukan kepasrahan dan ketaatan dalam menyembah (ibadah) kepada Allah, tidak musyrik kepada-Nya, kemudian melaksanakan segala perintah-Nya.
3.       Ihsan, berbuat baik atau perbuatan baik.
E.Bentuk-bentuk Penyikapan Doktrin
Ada bebrapa bentuk penyikapan doktrin:
a.       Eksklusivisme; yang menganggap agamanya sendiri sebagai agama yang benar.
b.      Inkluisivisme; yang memiliki sifat menerima dan toleran terhadap adanya tataran-tataran yang berbeda.
c.       Pluralisme; yakni memiliki sifat menyamakan dan menyejajarkan semua kebenaran agama, sekalipun pada dasarnya memiliki perbedaan.



BAB V: MODEL-MODEL PENELITIAN AGAMA (BAGIAN 2) AGAMA SEBAAGAI PRODUK
BUDAYA
A. Pengertian Kebudayaan
Kebudayaan adalah hasil daya cipta manusia dengan menggunakan dan mengerahkan segenap potensi batin yang dimilikinya. Menurut B. Taylor adalah keseluruhan yang kompleks meliputi pengetahuan, kepercayaan, kesenian, hukum,moral, adat dan berbagai kemampuan serta kebiasaan yang diperoleh manusia sebagai anggota masyarakat. Adapun ilmu mengenai kebudayaan secara garis besar memiliki dua ruang lingkup:
1.       Berbagai aspek kehidupan yang mengungkapkan masalah kemanusian dan budaya yang dapat didekati dengan menggunakan pengetahian budaya (the humanites), baik dalam segi keahlian (disiplin) di dalam pengetahuan budaya maupun gabungan berbagai disiplin dalam pengetahuan budaya.
2.       Hakikat manusia satu atau universal, tetapi beragam perwujudanya dalam kebudayaan setiap zaman dan tempat. Penelitian budaya merupakan tradisi masyarakat kolektif (folklore) Folklore menurut Espinosa, sebagai sekutip Suwardi Endaswara dalam bukunya Metodologi Penelitian Kebudayaan, meliputi; Kepercayaan, adat, tahayul, teka-teki, mitos, ilmu gaib, dan lain sebagainya.
A. SEBAGAI SASARAAN PENELITIAN BUDAYA
Agama sebagai sasara penelitian budaya berarti menggunakan pendekatan penelitian yang lazim digunakan dalam penelitian budaya. Falsal menjelaskan bahwa walaupun memiliki keterkaitan, islam dan kebudayaan merupakan dua entitas yang berbeda, sehingga keduanya bisa dilihat dengan jelas dan tegas.
C.PENDEKATAN KEBUDAYAAN DALAM KAJIAN AGAMA
Pendekatan kebudayaan dapat mengarahkan dan menambah keyakinan-keyakinan keagamaan yang dimiliki masyarakat sesuai dengan ajaran yang benar, tanpa harus menimbulkan gejolak. Setidaknya ada 4 (empat) ciri fundamental cara kerja pendekatan antropologi terhadap agama yaitu descriptive, local praktices, dan compaeative.







BAB VI: MODEL-MODEL PENELITIAN AGAMA (BAGIAN 3) AGAMA SEBAGAI PRODUK INTERAKSI SOSIAL

A . Agama Sebagai Produk Interaksi Sosial
Interaksi sosial yaitu hubungan timbal balik dan pengaruh mempengaruhi antara individu dalam masyarakat, serta antara individu dalam masyarakat, serta dalam individu dengan lingkungan fisik, yang dapat terjadi terdapatnya perubahan atau pergeseran sosial. Agama sebagai kejala sosial, pada dasarnya bertumpu pada konsep sosiologi agama. Masyarakat mempengaruhi agama, dan agama mempengaruhi masyarakat.
B. Penelitian Eksperimental
Penelitian Eksperimen menurut Solso dan Maclin, penelitian yand didalamnya ditemukan minimalsatu variabel yang dimanipulasi untuk mempelajari hubungan sebab akibat. Oleh karena itu penelitian eksperimen erat kaitanya dalam menguji sesuatu hepotesis dalam rangga mencari pengaruh, hubungan, maupun perbedaan, perubahan terhadap kelompok yang dikenakan perlakuanya.
Ciri-ciri penelitian eksperimen sebagai berikut:
1.       /span>Adanya perlakuannya untuk melihat pengaruh variabel bebas terhadap variabel pengikat
2.       Adanya teknik-teknik tertentu yang digunakan untuk mengendalikan berbagai variabel yang di duga akan mempengaruhi variabel terikat diluar variabel yang sedang dikaji.
3.       Adanya unui-unit eksperimen atau beberapa kelompok manusia yang menjadi objek kajian.

B. Pengamatan dan Pengamatan Terlibat (Observasi Partisipan)
Pengamatan merupakan bagian yang penting dalam proses pengumpulan data, yaitu untuk meningkatnya kepekaan peneliti dari operasional teknik pengumpulan data yang lain, terutama teknik wawancara. Pengamatan sebagai metode pengumpulan data, secara umum dapat dibagi dalam dua jenis teknik pengamatan. Pertama adalah pengamatan murni, yaitu pengamatan yang dilakukan oleh peneliti tanpa terlibat dalam aktivitas sosial yang berlangsung. Ke dua, pengamatan terlibat, dimana penelitian melibatan dirinya dalam proses kehidupan sosial yang masyarakat yang diteliti dalam melakukan melakukan “Empati” terhadap subyek penelitian.
Dalam sebuah penelitian, analisis survei bertujuan untuk:
a.       Penjajagan (eksploratif), peneliti ini bersifat terbuka, masih mencari-cari dan menggali.
b.      Deskriptif, penelitian ini dimaksudkan untuk pengukuran yang cermat terhadap fenomena sosial tertentu.
c.       Penjelasan (eksplanatory), Peneliti menjelaskan hubungan kausal antara variabel-variabel melalui pengujian hipotesa.
d.      Evaluasi , yang menjadi pokok pertanyaan adalah sampai seberapajauh tujuan yang digariskan pada awal program tercapai atau mempunyai tanda-tanda akan tercapai.
e.      Prediksi, mengadakan prediksi atau perkiraan mengenai suatu fenomena sosial tertentu.
f.        Penelitian Operasional, pusat perhatian adalah variabel-variabel yang berkaitandengan aspek operasinal suatu program.
g.       Pengembangan indikator-indikator sosial, dapat dikembangkan berdasarkan survey-survey.
2. Analisis Statistik
Bentuk data analisis statiska adalah kuantitatif dan kualitatif.Kualitatif adalah sebagai proses yang mencoba untuk mendapatkan pemahaman yang lebih baikmengenai kompleksitas yang ada dalam interaksi manusia.Data kualitatif data yang disajikan dalam bentuk kata atau kalimat yang direkam ke dalam catatan-catatanlapangan atau (Field Notes) . Data Kuantitatif adalah data yang dikumpulkan tentang variabel objek berupa angka-angka, yaitu variabel merikal dan variabel kategorikal.
E . Analisis Data
Analisis data dapat dilakukan dalam tiga tahapan berikut ini:
1 . Analisis data selama pengumpulan data
Kegiatan analisis data selama pengumpulan data dapat dimulai setelah peneliti pemahami fenomena sosial yang sedang diteliti dan setelah penguumpulan data meliputi:
a.       Menetapkan fokus peneliti, apakah tetap sebagai yang telah direncanakan ataukah perlu diubah.
b.      Penyusuan temuan-temuan sementara berdasarkan data yang telah terkumpul.
c.       Pembuatan rencana pengumpulan data berikutnyaberdasarkan temuan-temuan pengumpulan data sebelumnya.
d.      Pengembangan pertanyaan-pertanyaan analitik dalam rangka pengumpulan data berikutnya.
e.      Penetapan sasaran-sasaran pengumpulan data (informan,situsi,dokumen)

2 . Reduksi Data
Data yang diperoleh di lapangan disusun dalam bentuk uraian yang lengkap dan banyak. Data tersebut direduksi, dirangkup, dipilih hal-hal yang pokok, dan difokuskan pada hal-halyang penting dan berkaitan dengan masalah. Dalam prosesnya data ini, peneliti dapat melakukan pilihan-pilihan terhadap data yangbhendak dikode ,mana yangb dibuang, mana yang merupakan ringkasan, cerita-verita apa yang sedang berkembang.
3 . Display Data
Analisis ini dilakukan mengingat data yang terkumpul itu sangat banyak. Data yan tertumpuk dapat menimbulkan kesulitan dalam menggambarkan rincinya secara keseluruhan dan sulit pula untuk mengambil kesimpulan. Kesukaran ini dapat diatasi dengan cara membuat model, matriks atau grafiks sehingga keseuruhan data dan bagian-bagian detainya dapat dipetakan dengan jelas.

4 . Penarikan Kesimpulan dan Verifikasi
Data yang sudah dipolarkan, kemudian difokuskan dan disusun secara sistematis, baik melalui penentuantema maupun model grafik atau juga matrik. Kemudian melalui induksi data tersebut dikumpulkan sebagai makna data dapat ditemukan. Namun kesimpulan itu bersifat bersifat sementara dan masih bersifat umum. Verifikasi sendiri bisa dilakukan dengan cara triangaggulasi dan member chek. Member chek berarti peneliti berupa melibatkan diri dengan informan/responden untuk mengonfirmasikan dan mendiskusikan kembali data yang telah di dapat dari informan guna memperoleh keabsahan dan keobjektifan data yang diperoleh selama penelitian berlangsung.

BAB VII: ISLAM SEBAGAI SASARAN STUDI DOKTRINAL
A . Islam Sebagai Doktrin
Kata doktrin berasal dari bahasa inggris doktrine yang berarti ajaran. Dari kata doktrine kemudian dibentuk kata doctrinal, yang berarti berkenaan dengan ajaran atau bersifat ajaran. Studi doktrinal berarti studi yang berkenaandengan ajaran atau studi tentang sesuatu yang bersifat teoritis dalam arti tidak praktis. Karena ajaran itu belum menjadi sesuatu bagi seseorang yang dijadiksn dasar dalam berbuatan atau mengerjakan sesuatu. Sekarang ini kalau kita iihat al-Sunnah atau al-Hadits, kita dapat lihat di berbagai kitab Hadits. Misalnya kitab Hadits Muslim yang di susun oleh Imam Muslim, kitab hadits Shaheh Bukhari yang ditulis imam Al Bukhari, dll.
Dari kedua sumber itulah, al-Qur’an dan al-Sunnah, ajaran islam diambil. Namun meski kita mempunyai dua sumber, sebagaimana disebutkan diatas, ternyatadalam realitasnya, ajaran islam yang digali dari sumber tersebut memerlukank Keterlibatan akal (ra’yu) dalam bebtuk ijtihad. Dengan ijtihad maka ajaran berkembang. Karena ajaran islam yang ada di dalam sumber tersebut ada yang tidak terperinci, banyak yang diajarkan secara garis besar atau secara global. Agama sebagai doktrin, tidak sebatas hanya sekedar menerangkanhubungan antara manusia dengan tuhan saja, tetapi juga melibatkankesadaran sosiologis, psikologis bahkan ajaran agama tertentu dapat diteliti secara mana keterkitan ajaran etikanya dengan corak pandangan hidup yang mendorong untuk memperoleh kesejahteraan hidup yang optimal.
B. Ruang Lingkup Doktrin Islam
Ruang lingkup sebagai doktrin dapat dijelaskan berdasarkan tiga lingkup: Tuhan, manusia, dan alam. Doktrin tentang Tuhan, islam datang sebagai wahyu yang mula memberitahukan kepada manusia tentang Tuhan. Doktrin tentang manusia, maka islam memandangnya sebagai makhluk termulia. Islam membicarakannya secara lengkap, seperti perjalanan hidup manusia, fitnah manusia, dan hakikat manusia. Doktrin tentang alam, Islam membagi alam menjadi dua. Alam syahadah (alam yang dapat di indra) dan alam ghaib (alam yang tidak dapat di indra) seperti matahari, bumi, bulan,langit, dan planet-planet serta seluruh yang ada didalamnya. Sedangkan alam yang kedua meliputi malaikat, jin, syaiton, neraka, surga serta peristiwa-peristiwa lain yang belum bisa di indra manusia.

C . Model Penelitan Islam Sebagai Doktrin
Adapun penelitian berarti pemeriksaan, penyeledikan yang dilakukan dengan berbagai cara secara seksama dengan tujuan mencari kebenaran-kebenaran objektif yang disimpulkan melalui data-datayang terkumpul. Kebenaran objektif yang diperoleh tersebut, kemudian digunakan sebagai dasar ataulandasan untuk pembarua, pengembangan, atau perbaikan dalam masalah-masalah teoritis dalam praktis dalam bidang-bidang pengetahuan yang bersangkutan.

1. Model penelitian Tafsir
Tafsir adalah ilmu untuk memahami Kitab Allah SWT, yang diberikan kepada Nabi Muhammad SAW, dan merupakan menjelas makna-makna sertakesimpulan hikmah dan hukum. Berikut model-model penafsira al-Qur’an yang dilakukan oleh para ulama tafsir.
a.       Model Quraisy Syihab
Model penelitian yang berupaya menggali sejauh mungkin produk tafsir yang dilakukan ulama-ulama tafsir terdahulu berdasarkan berbagai literatur tafsir baik yang bersifat primer, yakni yang ditulis oleh ulama tafsir yang bersangkutan maupun ulama lainya.
b.      Model al-Shirbbasyi
Hasil penelitian mencangkup tiga bidang:

1.       Sejarah penafsiran al-Quran yang dibagi dalam tafsir pada sahabat Nabi.
2.       Corak tafsir, yaitu tafsir ilmiah, tafsir sufi dan tafsir politik.
3.       Gerakan pembaruan di bidang tafsir.
c . Model al-Ghazali
Penelitian tafsir tang bercorak eksploratif, deskriptif, dan analitis dengan berdasarkan pada rujukan kitab-kitab yang ditulis ulama terdahulu. Adanya metode dalam memahami ai-Qur’an. Adanya pendekatan atsariahatau tafsir bi al-ma’tsur yaitu penafsiran ayat dengan ayat, atau penafsiran ayat dengan hadits Nabi. Tafsir bercorak dialogis seperti yang pernah dilakukan oleh Ar-Razi dalam tafsiranya Al-Kabir.

2 . Model Penelitian Hadits
Dalam rangka melakukan penelitian terhadaap hadits, ada beberapa model penelitian yang bisa dilkukan yaitu:
a.       Takhrij hadist
Adalah menunjukkan atau mengemukakan letak asal hadits pada sumbernya yang asli, yakni berbagai kitab yang di dalamnya dikmukakan hadits tersebut secara lengkap dengan sanadnya masing-masing, kemudian untuk kepentingan kritik sanad, dijelaskan kwalitas sanad para periwayat dari hadits yang bersangkutan.
b.      I’tibar
Berarti menyertakan sanad-sanad untuk hadits tertentu, yang hadits itu pada bagian sanadnya tampak hanya terdapat seorang periwayat saja,.Jadi I’tibar adalah mengetahui keadaan sanad hadist seluruhnya dilihat dari ada atau tidaknya pendukung(corroburation) berupa periwayatan yng berstatus muttabi’ atau syahid.
c.       Kritik Sanad
Ulama hadits berpendapat bahwaada dua hal yang harus di kritisi pada diri pribadi periwayat hadist untuk diketahui apakah riwayat hadits yang dikemukakan dapat diterima sebagai hujjah ataukah harus di tolak. Kedua hal itu adalah ke’adilan dan kedhabit-annya. Ke’adilan berhungan dengan kwalitas pribadi, sedangkan keddhabit-annya berhubungan dengan kapasitas intelektualnya.
d.      Kritik Matan
Metode kritik matan menurut al-A’zhami, banyak terfokus pada metode mu’aradhah. Langkah pencocokan itu dilakukan dengan petunjuk eksplisit, yaitu dengan cara:
1.       Mengkomparasikan hadits dengan al-Quran.
2.       Membandingkan antara hadits atau antara hadits dengan sirah nabawiyah.
3.       Mengonfirmasikan riwayat hadist dengan realita dan sejarah.
4.       Mengkomparasikan hadits dengan rasio.
5.       Memandingkan hadits-hadits dari berbagai murid seorang ulama
6.       Memndingkan pernyataan seorang ulama setelah berselang suwaktu waktu.
7.       Perbandingan dokomen tertulis dengan hadits yang disampaikan dari ingatan.

VIII. AGAMA SEBAGAI STUDI SOSIAL
A.Islam Sebagai Sasaran Studi Sosial
Yang dimaksud islam sebagai sasaran studi sosial disini adalah studi tentang islam sebagai gejala sosial. Islam sebagai sasaran studi sosial adalah islam yang telah menggejala atau yang sudah menjadi fenomena islam, yang sudah menjadi fenomena adalah islam yang sudah menjadi dasar dari sebuah perilaku dari para pemeluknya.
Agama sebagai gejala sosial , pada dasarnya bertumpu pada konsep sosiologi agama. Sosiologi agama mempelajari hubungan timbal balik antara agama dan masyarakat. Masyarakat mempengaruhi agama, dan agama mempengaruhi masyarakat. Sedangkan ilmu kealaman itu sendiri paradigmanya positivisme. Paradigma positivisme dalam ilmu ini adalah sesuatu itu baru dianggap sebagai ilmu kalau dapat diamati (observable), dapat diukur (measurable), dan dapat dibuktikan (verivable). Sedangkan ilmu budaya hanya dapat diamati dan ilmu sosial yang dianggap dekat dengan ilmu kealaman berarti juga dapat diamati, diukur, dan diverivikasi.
1.       Letak Ilmu Sosial; terletak di antara ilmu alam dan ilmu budaya
2.       Ilmu Sosial dan Teori

Salah satu contoh metode penelitian sosial yang dapat digunakan dalam penelitian agama adalah grounded research yaitu metode penelitian sosial yang bertujuan untuk menemukan teori melalui data yang diperoleh secara sistematik dengan menggunakan analisis komparatif konstan. Tiga pokok yang menjadi ciri grounded research, yaitu:
a.       Adanya tujuan menemukan atau merumuskan teori.
b.      Adanya data sistematik.
c.       Digunakan analisis komparatif konstan.

B.Pandangan Islam terhadap Ilmu Sosial
Keseimbangan hidup antara dunia dan akhirat, antara hubungan manusia dengan tuhan, antara hubungan manusia dengan manusia, dan urusan ibadah dengan urusan muamalah. Islam lebih banyak memperhatikan aspek kehidupan sosial dari pada aspek ritual. Keterkaitan agama dengan masalah kemanusiaaan jika dikaitkan dengan situasi kemanusiaan di zaman modern ini sesungguhnya menyimpan suatu potensi yang dapat menghancurkan martabat manusia.
Manusia telah berhasil mengorgansasikan ekonomi, menata struktur politik, serta membangun peradaban yang maju untuk dirinya sendiri, tetapi pada saat yang sama, kita juga dapat melihat bahwa umat manusia telah menjadi tawanan dari hasil ciptaannya sendiri.
C.Ilmu Sosial Bernuansa Islam
Ilmu sosian yang tidak hanya menjelaskan dan mengubah fenomena sosial, tetapi juga memberi petunjuk kearah mana transformasi itu dilakukan, untuk apa dan oleh siapa. Ilmu sosial yang mampu mengubah fenomena berdasarkan cita-cita etik dan profetik tertentu.
D.Peran Ilmu Sosial Profetik pada Era Globalisasi
Dalam bidang ilmu pengetahuan dan teknologi (iptek) islam bukanlah agam tertutup. Islam adalah paradigma terbuka,sebagai mata rantai peradaban dunia.
IX.ISLAM SEBAGAI SASARAN STUDI BUDAYA
A. Budaya Islam
Kebudayaan meruupakan sesuat yang dikonstruksi yang mencangkup kesuluruhan pengetahuan manusia sebagai mahkluk sosial, diyakini kebenaranya untuk menginterprestasi dan memahami lingkungan yang dihadapi serta mendorong terjadinya tindakan-tindakan. Bawah konsep kebudayaan masyarakat adanya hubungan antara kenyakinkan dengan perilaku, manusia dan alam dan alam dan individu dengan masyarakat. Kebudayaan bertujuan merekonstruksi kebudayaan agar dapat lebih memuaskan pelaku budaya itu.
Dari paparan di atas diketahui bahwa kebudayaan memiliki karakteristik yaitu:
1.       Dipelajari dan diperoleh.
2.       Diwariskan turun temurun dari generasi ke generasi.
3.       Berkembang melalui interaksi individu.
4.       Merupakan pemikiran yang mendalam untuk dijadikan simbol yang memberikan makna terhadap lingkungan melalui pengalaman.
B . Contoh Kajian Budaya dalam Perkembangan islam di jawa.
Interaksi islam dengan budaya di jawa melahirkan tiga bentuk ke-islaman yang punya dasar pikiran yang berbeda-berbeda dan kadang memancing konflik antara satu dengan lainya, yaitu islam pesantren, islam kejawen, dan islam Modernis.
C . Islam Sebagai Sasaran Studi Budaya
1. Karakteristik Studi Budaya
Pada awal perkembangan, ilmu dibagi menjadi dua yaitu ilmu kealaman dan ilmu budaya. Ilmu kealaman seperti fisika,kimia, biologi dan lain-lain mempunyai tujuan utama mencari keteraturan-keteraturan yang terjadi pada alam. Sebaliknya ilmu budaya mempunyai sifat terulang tetapi unik.
Studi budaya diklasifikasikan menjadi dua bagian besar:
a.       Budaya implisit, merupakan hubungan antar kelompok dan satu kelompok dan satu kelompok individu yang mengatur dan mengupayakan agar berperilaku sesuai dengan budaya kelompok.
b.      Budaya eksplisit, merupakan adopsi budaya diri sekelompok individu dengan budaya yang berbeda.
2. Pendekatan Budaya dalam Memahami Islam
Penelitian budaya adalah penelitian tentang naskah-naskah (filologi), alat-alat ritus keagamaan, benda-benda purbakala agama (arkeologi), sejarah agama, nilai-nilai dari mitos-mitos yang dianut para pemeluk agama, dan sebagainya. Sistem sosial keagamaan, hanya dapat dikaji jika karakteristik sosiogis diterima sebagai titik tolak.
Suatu pengetahuan baru dianggap sebagai ilmu kalau dapat diamati (observable), dapat diukur (measurable), dan buktikan (veriviable). Sebaliknya ilmu budaya hanya dapat diamati. Ada lima bentuk gejala agama. Pertama, scripture, naskah-naskah sumber ajaran dan simbol-simbol agama. Ke dua para penganut para pemimpin dan pemuka agama, yakni sikap, peilaku dan penghayat para penganutnya. Ke tiga, ritus-ritus, lembaga-lembaga, dan ibadah-ibadat, seperti sholat, haji, puasa, perkawinan, dan waris, Ke empat, alat-alat seperti masjid,gereja, lonceng, peci dan semacamnya. Ke lima, organisai-organisasi keagamaan tempat para penganut agama berkumpul dan berperan, seperti Nahdatul Ulama, Muhamadiyah, Syi’ah dan lain-lain.



Penelitian islam dengan pendekatan kebudayaan memiliki banyak manfaat antara lain:
a.       Alat untuk memahami corak keagamaan yang memiliki s ebuah masyarakat.
b.      Mengarahkan dan menambah kenyakinan agama yang dimiliki para warga masyarakat. tersebut sesuai dengan ajaran yang benar menuru islam tanpa harus harus menimbulkan pertentangan.
X. KARAKTERISTIK AJARAN ISLAM
A.Pengertian Islam Menurut Ajaran
Kata islam menurut istilah adalah mengacu kepada agama yang bersumber pada wahyu yang datang dari Allah SWT., yang ditugasi oleh Allah untuk menyebarkan ajaran islam tersebut kepada umat manusia . Dengan demikian, secara istilah ialam adalah nama bagi suatu agama yang berasal dari Allah SWT.
B.Karakteristik Ajaran Islam
Karakteristik ajaran Islam adalah suatu karakter yang harus dimiliki oleh setiap umat muslim dengan berpedoman pada Al-Qur’an dan Hadits. Dari berbagai sumber tentang Islam yang ditulis para tokoh, dapat diketahui bahwa Islam memiliki karakteristik yang khas, yang dapat dikenali melalui konsepsinya dalam ajarannya. Karakter tersebut antara lain:
1.       Dalam bidang akidah
Karakteristik islam yang dapat diketahui melalui bidang akidah ini adalah bahwa akidah Islam bersifat murni baik dalam isinya maupun prosesnya.
2.       Dalam bidang agama
Melalui karyanya yang berjudul Islam Doktrin dan Peradaban, Nurcholis Masjid banyak berbicara tentang karakteristik ajaran Islam dalam bidang agama.
3.       Dalam bidang ibadah
Secara harfiah Ibadah berarti manusia kepada Allah SWT, karena didorong dan dibangkitkan oleh aqidah tauhid.
4.       Dalam bidang pendidikan
Islam memandang bahwa pendidikan adalah hak bagi setiap orang, laki-laki maupun perempuan dan berlangsung sepanjang hayat.
5.       Dalam bidang sosial
Karakteristik ajaran Islam dibidang sosial ini, Islam menjunjung tinggi tolong menolong, saling menasehati, tentang hak dan kesabaran, kesetiakawanan, egalister (kesamaan derajat), tenggang rasa dan kebersamaan.
6.       Dalam bidang ekonomi
Karakteristik ajaran Islam yang selanjutnya dapat dipahami dari konsepnya dalam bidang kehidupan yang harus dilakukan.
Karakteristik ajaran Islam yang selanjutnya dapat dipahami dari konsepnya dalam bidang kehidupan yang harus dilakukan.
7.       Dalam bidang kesehatan
Ciri khas Islam selanjutnya dapat dilihat dari konsepnya mengenai kesehatan ajaran Islam memegang prinsip pencegahan lebih baikdaripada penyembuhan.
8.       Dalam bidang politik
Ciri ajaran Islam selanjutnya dapat diketahui melalui konsepnya dalam bidang politik. Dalam al-Qur’an surat An-Nisa ayat 156 terdapat perintah mentaati ulil amri yang terjemahannya termasuk penguasa di bidang politik, pemeintah dan negara.
9.       Dalam bidang pekerjaan
Karakteristik Islam selanjutnya dapat dilihat dari ajarannya mengenai kerja. Islam mengandung bahwa kerja sebagai ibadah kepada Allah SWT.
C. Karakteristik Islam dalam Bidang Ilmu dan Kebudayaan
Islam mempunyai karakteristik yang sangat luasdan tidak bisa memisah-memisahkan dengan yang lainnya. Para ilmuan muslim juga mepergunakan berbagai pendekatan unttuk mengetahui dan memahami karakteristik ajaran Islam. Islam bisa dibilang bisa mnjiwai dalam setiap bidang selain agama. Hal itu membuat Islam memiliki karakteristik tersendiri jika dipraktekkan dalam segala asprk kehidupan seperti ekonomi, hukum, etika, sosial, pendidikan dan lain sebagainya. Islam demikian kuat mendorong manusia agar memiliki pengetahuan dengan cara menggunakan akalnya untuk berfikir, merenung dan sebagainya. Demikian pentingnya ilmu ini hingga Islam memandang bahwa orang menuntut ilmu sama nilainya dengan jihad di jalan Allah.
XI. POSISI SENTRAL AL-QUR’AN DAN HADIS DALAM STUDI ISLAM
A. Posisi al-Qur’an dalam Studi Islam
Secara etimologi (bahasa) al-Qur’an merupakan masdar dari kata Qara’a mempunyai arti mengumpulkan dan menghimpun, dan qira’ah berarti menghimoun huruf-huruf dan kata-kata satu dengan yang lain dalam suatu ucapan.yang tersusun rapi. Qur’an pada mulanya seperti qira’ah, yaitu masdar dari kata qara’a, qira’atan qur’anan. Sedangkan menuru Qurais sihab adalah bacaan yang tertulis. Sedangkan secara termologi al-Qur’an adalah Kalamullah yang di wahyukan kepada Nabi Muhammad SAW., sebagai pedoman bagi ummat Islam yang di sampaikan melalui perantara Jibril melalui jalan mutawattir yang membacanya dinilai sebagai ibadah yang di awali dengan surat al-Fatihah dan di tutup dengan an-Naas. Dikalangan ulama juga di jumpai perbedaan pendapat tidak hanya dalam pengertian secara etimologi saja tetapi juga pengertian al-Qur’an secara termilogi, diantaranya:
1. Safi’ Hasan Abu Thalib menyebutkan bahwa al-Qur’an adalah wahyu yang diturunkan dengan lafal bahasa arab dan maknanya dari Allah SWT,.
2. Zakariah al-Birri mengemukakan bahwa al-Qur’an adalah wahyu yang diturunkan dengan al-kitab yang disebut al-Qur’an dalam kalam Allah SWT,.
3. Al-Ghzali mengatakan bahwa al-Qur’an adalah merupakan firman Allahk,.
B. Posisi Hadis dalam Studi Islam
Hadis secara bahasa memiliki makna baru (jadid) atau berita (khabar). Term hadits dalam al-Qur’an disebutkan dalam berbagai tempat dan kesemuanya merujuk pada maka khabar. Selain term hadits, ada pula beberapa term lain yang digunakan sebagai pembanding term hadits antara lain:
1. Sunnah
Sunnah secara bahasa mempunyai pengertian perjalanan, kebiasaan baik atau buruk.
2. Khabar
Khabar secara bahasa memiliki pengertian sesuatu yang dinukil dan dibicarakan atau berita yang disampaikan dari satu orang ke orang lainnya.
3. Atsar
Satu lagi istilah perbandingan term hadits adalah atsar. Atsar secara bahasa berarti jejak atau bekas.
Upaya mengetahui kualitas hadits melalui dua unsur ini, dapat dilakukan berbagi pendekatan, diantaranya:
1. Ilmu hadits riwayah, membahas ucapan-ucapan dan perbuatan-perbuatan Nabi SAW., periwayatannya, pencatannya, dan penelitian lafazh-lafazhnya.
2. Ilmu hadits diroyah, untuk mengetahui keadaan sanad dan matan dari jurusan diteriama atau ditolak dan yang bersangkutan paut dengan itu.
3. Ilmu rijaal al-hadits, mempelajari hal illwal para perawi, baik dari kalangan sahabat, tabi’in maupun generasi sesudahnya.
4. Jarh wa ta’dil, mempelajari keadaan perawi hadits dari segi sifat-sifat baik dan sifat jeleknya, serta kuat tidak hafalannya yang akan mempengaruhi diterima atau ditolak periwayatannya.
5. Gharib al-hadits, menerangkan makna kalimat yang terdapat dalam matan hadits yang sukar diketahui maknanya dan jarang terpakai oleh umum.
6. Illat al-Hadits, membahas sebab-sebab tersembunyinya yang dapat menyebabkan cacatnya hadis secara lahiriah mungkin tidak kelihatan.
7. Asbab al-Wurud, untuk mengetahui sebab keluarnya hadits.
8. Nasikh Mansukh, membahas hadits-hadits yang antara satu dengan lainnya saling bertentangan maknanya yang tidak mungkin dapat dikompromikan dengan menyelidiki mana hadits yang lebih dahulu.



C. Pandangan Teologi tentang al-Qur’an dan Hadits
Teologi adalah ilmu tentang Tuhan, teologi adalah ilmu yang membicarakan tentang Tuhn dan pertaliannya dengan manusia baik berdasarkan kebenaran wahyu atau berdasarkan penyelidikan akal murni. Di dalam sejarah perkembangannya, teologi Islam pada mulanya berkembang dari pertama, Metodologi Teologi yang merupakan suatu cara untuk mendoktrin agama melalui pendekatan wahyu dan pemikiran rasionalnya. Ke dua, menjadi ilmu Teologi yang merupakan ilmu yang membahas masalah ketuhanan dan segala yang berkaitan dengan-Nya. Selanjutnya, karena pandangan hidup (teologi) seorang muslim berdasarkan al-Qur’an an al-Sunnah maka yang menjadi dasar atau fundamental dalam studi Islam adalah al-Qur’an dan hadits itu sendiri. Sehingga secara akidah diyakini oleh [emeluknya akan sesuai dengan fitrah manusia artinya memenuhi kebutuhan manusia kapanpun dan dimanapun.
XII. MACAM-MACAM PENDEKATAN DALAM STUDI ISLAM
A.Pendekatan Sosiologis
Sosiologi adalah ilmu yang mempelajari hidup bersama dalam masyarakat dan menyelidiki ikatan-ikatan manusia yang menguasai hidupnya itu. Sosiologi dapat digunakan sebagai salah satu pendekatan dalam memahami agama.
Pendekatan sosiologis dibedakan dari pendekatan studi agama lainnya karena fokus perhatiannya pada interaksi antara agama dan masyarakat. Adapun teori interaksionalisme dengan analisis mikro, yaitu lebih memfokuskan perhatiannya pada karakteristik personal dan interaksi yang terjalin antar individu.
1.       Teori Fungsionalisme
Suatu masarakat mengalami pertumbuhan yang semakin lama semakin besar dan kompleks, masing-masing bagian dalam masyarakat memiliki fungsi tertentu yang berbeda-beda, perubahan yang terjadi pada suatu bagian masyarakat mengakibatkan perubahan bagian-bagian lain.
2.       Teori Konflik
Distribusi kekuasaan dan wewenang secara tidak merata tanpa kecuali menjadi faktor yang menentukan konflik sosial secara sistematis. Perbedaan wewenang adalah suatu tanda dari adanya berbagai posisi dalam masyarakat.
3.       Teori Interaksionalisme
Teori ini lebih menekan pada pemahaman makna dengan cara melakukan empati terhadap suatu aktivitas itu sebagai bagian dari keseluruhan aktivitas yang ada dalam masyarakat.
B.Pendekatan Historis
Sejarah adalah salah satu ilmu pengetahuan yang beriktiar melukiskan dan menjelaskan fenomena kehidupan sepanjang terjadinya perubahan karena adanya hubungan antara manusia terhadap masyarakatnya. Karakteristik sejarah sebagai pendekatan, yaitu sebagai sebuah kerangka metodologi didalam pengkajian atau suatu masalah untuk menerobos segala sesuatu masalah itu dalam kelampauannya.
Agama dan sejarah tidak dapat dipisahkan. Sebab, sejarah manusia sesunggunys adalah sejarah agama. Agama mendasari sejarahmanusia karena agama merupakan unsur dan nyawa sejarah. Dengan menggunakan pendekatan sejarah ada lima teori yang bisa digunakan, yaitu:
1.       Idealisme approach.
2.       Reductionalist approuch.
3.       Diakronik.
4.       Sinkronik.
5.       Teori.
Berikut metode pendekatan sejarah:
1.       Pemilihan topik
2.       Pengumpulan sumber
3.       Vervikasi
4.       Interprestasi
5.       Penulisan
Pendekatankesearahan ini amat dibutuhkan dalam memahami agama, karena agama itu sendiri turun dalam situasi yang konkreat bahkan berkaitan dengan kondisi sosial kemasyarakatan.
C.Pendekatan Psikologis
Penelitian agama dalam pendekatan psikologis adalah penelitian terhadap peristiwa atau pengalaman kejiwaan individu yang terkait dengan rasa keagamannya. Ada tiga metode dalam penyelidikan agama lewat pendekata psiikologis yaitu:
1.       Pendekatan Struktural
Pendekatan struktural bertujuan untuk mempelajari pengalaman seseorang berdasarkan tingkatan atau kategori tertentu.
2.       Pendekatan Fungsional
Pendekatan fungsional adalah pendekatan yang dilakukan untuk mempelajari bagaimana agama dapat berfungsi atau berpengaruh terhadap tingkah laku hidup individu dalam kehidupannya.
3.       Pendekatan Psiko-analisis
Pendekatan psiko-analisis dalam agama adalah suatu pendekatan yang dilakukan untuk menjelaskan tentang pengaruh agama dalam kepribadian seseorang dan hubungan dengan pikiran, sistem perilaku dan penyakit-penyakit jiwa.
4.       Pendekatan kepribadian
Perkembangan kepribadian pada tahap pertama menekankan pada individuasi dan ketertarikan manusiapada sosial dan ekonomi. Sementara pendekatan ke dua dan ke tiga, ada perubahan penting yang dianggapnya sebagai puncak individuasi.
5.       Pendekatan Humanis
Manusia akan mempunyai dorongan untuk mengaktualisasikan seluruh potensi diri yang dipunyainya. Salah satu kecenderungan yang dipunyai orang yang teraktualisasi adalah tercapainya pengalaman puncak yang menurut Maslow adalah pengalaman paling utama. Ddalam melakukan pendekatan psikologi dalam mempelajari agama bisa dilakukan dengan metode-metode berikut:
a. Studi arsip
b. Studi kasus
c.  Pengukuran aktivitas otak
d. Survei
e. Pengamatan alami
f.  Studi korelasi
g. Eksperimen
h. Studi literatur

XIII. MACAM-MACAM PENDEKATAN STUDI ISLAM
A.Pendekatn Teologis Normatif
Pendekatan teologis normatif dalam pemahaman keagamaan adalah pendekatan studi islam yang memandang masalah dari sudut legal formal dan atau normatifnya. Pendekatan teologis-normatif menekankan pada bentuk forma atau simbol-simbol keagamaan yang masing-masing bentuk forma atau simbol-simbol keagamaan tersebut mengklaim dirinya sebagai yang paling benar dan yang lainnya dianggap salah.
Salah satu ciri pendekatan teologis dalam memahami agama adalah menggunakan cara berfikir deduktif . Yaitu, cara berfikir yang berawal dari keyakinan yang diyakini dan mutlak adanya, karena ajaran yang berasal dari Tuhan sudah pasti benar. Pendekatan teologis erat kaitannya dengan pendekatan normatif, yaitu suatu pendekatan yang memandang agama dari segi ajarannya yang pokok dan asli dari Tuhan yang didalamnya belum terdapat penalaran manusia.
B.Pendekatan Filologis
Studi agama tiddak dapat dipisahkan dari aspek bahasa, karena manusia adalah makhluk berbahasa, sementara doktrin agama dipahami, dihayati dan disosialisasikan melalui bahasa. Salah satu pendekatan yang banyak dilakukan adalah para ilmuan adalah philological approuch. Pendekatan filologi merupakan kunci pembuka khazanah budaya lama yang terkandung dalam naskah-naskah.
Pendekatan filologi mampu mengungkap corakpemikiran serta isi dari suatu naskah atau suatu kandungan teks untuk kemudian ditramsformasikan kedalam bahasa konteks kekinian. Beberapa metode untuk mengedit dan menyunting naskah klasik agar tugas tersebut dapat terlaksana dengan baik. Beberapa langkah yang harus dilakukan dalam hal ini adalah:
1.       Inventarisasi naskah
2.       Deskripsi naskah
3.       Pengelompokan dan perbandingan teks
4.       Trasnliterasi
5.       Terjemah
6.       Analisis

C.Pendekatan Hukum Islam
Para ahli hukum islam mendefinisikan fikih adalah ilmu pengetahuan tentang hukum-hukum syara’ yang bersifat operasional yang dihasilkan dari dalil-dalil yang terperinci. Perkembangan hukum islam terbagi menjadi empat periode, yaitu:
1.       Periode Rasulluah
Pada masa Rasulullah adalah masa fikih islam mulai tumbu dan membentuk dirinya menjelma kealam perwujudan.
2.       Periode Sahabat
Pada masa sahabat, islam telah menyebar luas misalnya ke negeri Persia, Irak, Syam, dan Mesir
3.       Periode Ijtihad
Pada periode ini islam mengalami kejayaan yang terjadi pada tahun 700-1000 Masehi.
4.       Periode Taqlid
Periode taqlid terjadi pasca abad ke-4 Hijriah (abad ke-11 Masehi). Masyarakat sudah tidak setuju pada sumber-sumberhukum yang telah ada sebelum periodenya, tetapi mereka lebih tertuju hanya untuk mempertahankan hukum menurut madzhabnya masing-masing setiap individu atau kelompok.
Dari penjelasan diatas , dapat kita ketahui bahwa ada sebagian fuqoha yang memiliki kapasitas untuk memahami, beristinbat, dan berijtihad secara mutlak, namun mereka lebih memilih untuk ber-taqliddan mengikat pikiran mereka dengan semua prinsip serta masalah cabang yang ada dalam.
D.Pendekatan Antropologis
Antropologis adalah ilmu yang mngkaji manusia dan budayanya. Tujuannya adalah untuk memperoleh suatu pemahaman totalitas manusia sebagai makhluk, baik dimasa lampau maupun sekarang, baik sebagai organisme biologis manapun sebagai makhluk berbudaya.
Pengertian pendekatan antropologis dapat diartikan sebagai salah satu upaya memahami agama dengan cara melihat wujud praktik keagamaan yang tumbuh dan berkembang dalam masyarakat. Menurut Atho Mudzar, fenomeno agama yang dapat dikaji ada lima kategori meliputi:
1.       Scripure atau naskah atau sumber ajaran dan simbol agama.
2.       Para penganut atau pemimpin atau pemuka agama.
3.       Ritus, lembaga dan ibadat.
4.       Alat-alat (dan sarjana).
5.       Organisasi keagamaan tempat para penganut agama berkumpul dan berperan.
Langkah dan tahapan pendekatan antropologi dalam studi islam memiliki empat ciri fundamental. Meliputi:
1.       Deskriptif: Pendekatan antropologis bermula dan diawali dengan kerja lapangan.
2.       Local praktis: Pendekatan antropologis disertai praktik konkrit dan nyata di lapangan.
3.       Keterkaitan antar dominan kehidupan secara lebih utuh: Pendekatan antropologis mencari keterkaitan antarra dominan-dominan kehidupan sosial secara lebih utuh.
4.       Perbandingan: Pendekatan antropologis perlu melakukan petbandingan dengan berbagai tradisi, sosial, agama-agama dan budaya.

E.Penggalian Data
Penggalian data dalam penelitian agama dapat dengan menggunakan kamar fenomenologi dengan tujuan memberi panduan yang runtut untuk memahami sesuatu secara utuh dari fenomena yang muncul.
Setelah data-data yang terkait tema penelitian terkumpul, peneliti mencoba mengelola dan menganalisa data-data tersebut dengan mrnggunakan model analisa fenomenologis yang bersifat emik dan neotik. Fenomeno yang dipahami disini merupakan sebuah pendekatan filosofis yang mendasarkan diri pada penyelidikan asumsi-asumsi untuk sampai kepada esensi dari suatu fenomena yang tampak, sebagai manifestasinaya dari sudut pandang orang pertama (ego).
Tujuan dari fenomenologi adalah tercapainya kesdaran murni tentang suatu hal kepada subyek yang mengamati dan mendekatinya. Kajian fenomenologi ini bertujuan untuk mendapatkan pemahaman yang murni.