BAB 1: PENGERTIAN, URGENSI DAN SIGNIFIKASI
METODOLOGI STUDI ISLAM
A.
PENGERTIAN
Menurut bahasa [terminologi], metode berasal
dari bahasa yunani, yaitu meta , hodos [jalan]. Metode adalah suatu ilmu
tentang cara atau langkah-langkah yang di tempuh dalam suatu disiplin tertentu
untuk mencapai tujuan tertentu. Istilah (terminologi), metode adalah ajaran
yang memberi uraian, penjeasan, dan penentuan nilai. Di dalam kamus besar
bahasa indonesia, metode adalah cara kerja yang besistem untuk memudahkan
pelaksanaan suatu kegiatan guna mencapai tujuan yang di tentukan.
Ketika metode digabung dengan
kata logos praktis maknanya lansung berubah. Logos berarti “studi tentang”
atau ” teori tentang”. Dengan kata lain, metodologi adalah ilmu cara-cara dan
langkah-langkah yang teopat (untuk menganalisa sesuatu) penjelasan serta
penerapan cara. Istilah metodologi studi islam di gunakan ketika seseorang ingi
membahas kajian-kajian seputar ragam yang biasa di gunakan dalam studi islam. Metodologi
juga berguna untuk membantu seseorang dalam mengembangkan keilmuan yang
dimilikinya dan mengadakan pemahaman keislaman secara utuh dan komprehensif
.Untuk memahami islam secara garis besar ada dua macam pertama, metode
komprasidan yang kedua, metode sintesis.
B. Ruang Lingkungan Studi Islam
Studi islam merupakan studi
disiplin ilmu yang yang ruang lingkup studi islam keislaman dalam tradisi
sarjana barat melipputi pembahasan tentang ajaran, pemikiran, teks, sejarah dan
institusi keislaman. Studi islam tidak hanya melibatkan aspek kognitif
(pengetahuan tentang ajaran-ajaran islam), tetapi juga aspek afektif dan
psikomotorik (menyangkut atas bagaiman sikap dan pengamalan atas ajaran
islam). Perkembangan luas ruang lingkup studi islam dilihat dari berbagai
disiplin ilmu, seperti munculnya antropologi, sosiologi, psikologi, dan ilmu
sosial lain. Penggunaan metologi sebagai pendekatan dalam penelahan ilmu-ilmu
dasar ke islam tersebut. Maka dari itu kedudukan islam sangat penting peranan,
karena studi islam merupakan disiplin ilmu yang menerangkan dasar seseorang
dalam beragama.
Secara metodologis, agama dapat di jadikan
sebagai suatu fenomena yang denamis dan rill, betapapun di sisilain ia mungkin
bersifat abstrak, sebagai sesuatu yang diyakini dan dihayati dari pada dipahami
dan dicari kebenarannya layaknya usaha akademis. Islam sebagai agama teologis
juga merupakan agama pengetahuan dan melahirkan beragam pemikiran, lahirnya
pemikiran ini memberi indikasi yang kuat bahwa pada dataran pemahaman dan aktualisasi
nilai islam merupakan suatu wujud keterlibatan manusia dalam islam, dan bukan
berarti mereduksi atau mentranformasikan doktrin esensialnya. Adapun proses
terbentuknya lembaga keagamaan dapat diuraikan sebagai berikut.
1. Proses pelembagaan (institusionalization)
2. Norma-norma yang terinternalisasi.
Disiplin agama bisa menjadi islam
menjadi sebuah agama bisa menjadi objek kajian yang lebih luas.
E. Islam Normatif dan Histori
Islam normatif merupakn agama yang didalamnya berisi
ajran tuhan yang berkaitan dengan akidah
dan muamalah. Sedangkan islam historis adalah islam yang tidak biasa dilepaskan
dari kesejarah dan kehidupan manusia yang berada dalam ruang dan waktu. Maka
islam pada tahap ini terpengaruh bahkan menjadi sebuah kebudayaan.
Pengelompokan islam normatif dan islam historis:
1. Wilayah texs asli islam
2. Pemikiran
islam yang menjadi ragam penafsiran terhadap teks asli islam (al-Qur’an sunah
dan sunah nabi muhamammad SAW)
3. Praktek yang dilakukan kaum muslimin.
Dari penjelasan di atas jika di
kesrucutkan lagi yaitu normatif dan historis, tidak dapat dipisahkan satu lain
semuanyaada koherensi untuk mencapai pemahaman dari hakiakt islam
BAB II : STUDI ISLAM
A.
Studi Islam Sebagai Disipin
Ilmu
Dari segi normatif yang
terdapat dalam al-qur’an dan hadis, ilmu lebih merupakan agama yang tidak
dapat di berlakukan kepadanya paradikma ilmu-ilmu pengetahuan yaitu paeradikma
analitis, kritis, metodologis, historis, dan empiris. Jika dilihat dari
histiroris, yakni islam dalam arti yang dipraktekkan oleh manusia serta tumbuh
dan berkembang dalam kehidupan manusia, maka islam dapat dikatan sebagai sebuah
disipin ilmu, yakni ilmu ke-islaman,lamic studiyes, atau dirasah islamiyah. Stadi
islam sebagai sebuah disiplin ilmu tersendiri sangat terkait erat dengan
peroalan metode dan pendekatan yang akan dipakai dalam melakuakan pengkajiaan.
B.
Pertumbuhan dan Objek Stadi
Islam
Stdi islam menumbukan berbagai
macam disiplin ilmu bru yang sangat kreatif. Studi islam berkembang hampir
seluruh nn islam, negara di dunia, baik ilsam maupun bukan islam. Di chicago,
kajiaan islam lebih mengutamakan kajiaan tentang pemikir, bahasa arab,naskah
klasik, dan bahasa non arab. Di amerika, mengutamakan studi sejarah islam,
bahasa-bahasa islam seain bahasa arah, sastra dan ilmu-ilmu sosial . di
ucla,dibagi menjadi empat kompone pertama, doktrin dan sejarah isalm kedua,
bahaa arab, ketiga , ilmu-ilmu sosial, sejarah, dan sosologi. Di london, studi
islam di gabungkan dalam Fakultas Studi Ketimuran dan Afrika. Obyek stadi islam
dapat dikelompokan menjadi beberapa bagiaan, yaitu sumber-sumber islam
,doktrin isam,ritual dan institusi isalam, sejarah islam, aliran dan pemikiran
tokoh, studi kawasan, dan bahasa.
C.
Sejah Metode dan Pendekatan
MetodeIislam
Jika disepakati metode islam
menjadi disiplin ilmu tersendiri maka bedakan antara penyataan, pengetahuaan,
ilmu. pertama kenyataan yang disepakati kedua, kenyataan yang didasarkan atas
pengalaman kita sendiri. Kesakhikhan pengetahuaan banyak tergantung pada
sumbernya yaitu tradisi dan autoritas ketiga, ilmu dalm arti science
menawarkanua bentuk pendekamaatan terhadapkenyataan melalui penalaran personal,
yaitu pendekatan khusus untuk menemukan kenyataan. Ilmu di bagi menjadi dua
cabang besar pertama, ilmu tentang tuhan, dan kedua ilmu tentang makhluk
ciptaan tuhan.
Metode studi
islam yang opernah ada dalam sejarah di bagi menjai dua pertama metode
komperasi dan kedua metode sintesis. Metode ilimiyah digunakan untuk memahami
islam yang nampak dalam penyataan historis, empiris, dan sosiologis. Sedangkan
metode teologis normatif di gunakan untuk memahami islam yang tekandung dalam
kitap suci. Pendekatan tyang digunakan dalam memahami agama adalah pendekatan
teologis normatif, antropologis, sosiologis, psikologis, historis, kebudayaan,
dan pendekatan filosofis.
BAB III: STUDI ISLAM
A. Penelitian agama
Penelitian agama adalah mencari, menelaah ,
meneliti serta menemukan jawaban atas permasalahan dan pertanyaan seputar kenyakinan
manusia kepada sebuah kekuatan di atas kekuatan manusia yang mana kekuatan
tersebut diekspresikan dalam dalam bentuk penyembahan dan pengabdian serta
sesuatu yang dianggap sakral dan suci. Agama juga merupakan objek kajian atau
penelitian, karena agama merupakan bagian dari bagian kehidupan sosial
kultural. Jadi, penelitian agama bukanlah meneliti hakikat agama dalam arti
wahyu, melainkan meneliti manusia yang menghayati, menyakini, dan memperoleh
pengaruh agama. Dengan kata lain, penelitian agama bukan bukan meneliti
kebenaran teologi atau filosofi tetapi bagaimana agama itu ada dalam kebudayaan
dan sistem sosial berdasarkan fakta atau realitas sosial-kultural.
Sedangkan penelitian keagamaan islam menurut
Middleton adalah penelitian yang objeknyaadalah agama sebagai produk interaksi
sosial. Sedangkan penelitian keagamaan adalah penelitian tentang
praktik-praktik ajaran agama yang dilakukan oleh manusia secara individual dan
kolektif.
1.Unsur-unsur atau aspek-aspek
Secara sederhana agama bisa diartikan sebagai
kepercayaan kepada tuhan atau dewa-dewa. Kepercayaan tuhan selalu dijabarkan
kepercayaan kepada High God , kepercayaan pada dewa agung terdapat pada
semua agama. Akan tetapi jika dipelajari pengetahuan tentang keberadaan tuhan
dianggap sudah terbentuk dalam akal pikiran manusia (innate).
2. Orde
Orde berlaku pada seluruh pada seluruh
kenyataan, asalnya dari atas diletakkan. Orde diberi tafsiran yang
berbeweda-beda:
a.Orde Kosmos
Disini yang dipentingkan keselarasan dengan
kosmos sekitarnya. Tetapi orde kadang-kadang dilanggar, misalnya orang
melahirkan kembar. Untuk tetap hermonis dilakukan upacara tertentu.
b. Orde hukum etis
Yang terpenting disini adalah akhlak kehendak
Tuhan untuk tinngkah laku manusia terhadap Tuhan dan sesamanya.
3. Tiap-tiap agama dan kenyakinan tentang
keterokan-keterokan atau krgagalan, ada kekurangan dan ketidak sempurnaan
BAB IV: MODEL-MODEL PENELITIAN AGAMA (BAGIAN 1) AGAMA SEBAGAI IDEOLOGI
DAN DOKTRIN
A.
IDEOLOGI
1.Pengertian Ideologi
Ideologi berasal dari bahasa Yunani dan
merupakan gabungan dari dua kata yaitu edios yang artinya gagasan atau
konsep dan logos yang berarti ilmu. Ideologi dapat diartikan mengacu
pada apa yang orang pikir dan percaya mengenai masyarakat, kekuasaan, hak,
tujuan kelompok, yang kesemuanya menentukan jenis tindakan mereka. Ideologi
menurut Aristoteles adalah tentang terbentuknya ide dalam benak manusia. Ide
dalam benak manusia tersimpan dalam ingatan intelektual untuk dapat dipanggil
kembali dan dikenali pada masa mendatang. Jadi ,pengetahuan manusia merupakan
kumpulan ide-ide atau pola hubungan antara ide tersebut.
2.Prinsip-prinsip Ideologi
Ciri-ciri ideologi dan lingkup pemikiranya.
Tujuan utama dibalik ideologi adalah menawarkan
perubahan melalui proes pemikiran yang normatif. Secara implisit, setiap
pemikiran polotik mengikuti sebuah ideologi walaupun tidak diletakkan sebagai
sistem berpikir yang eksplisit.
Menurut F. Budi Hardiman dalam bukunya
“kritik ideologi:perantauan pengetahuan dan kepentingan”, ciri-ciri ideologi
sebagai berikut:
a. Mempunyai deraja yang tertinggi sebagai nilai
hidup kebangsaan dan kenegaraan.
b. Mewujudkan suatu asas kerohanian, pandangan dunia,
pandangan hidup, pedoman hidup, peganggan hidup yang dipelihara diamalkan
dilestarikan kepada generasi berikutnya, diperjuangkan dan dipetahankan dengan
kesedihan berkorban.
prinsip-prisip ideologi dapat diartikan sebagai
berikut:
a. Nilai yang menentukan seluruh hidup manusia.
b. Gagasan yang diatur dengan baik tentang manusia
dan kehidupan
c. Kesepakatanya bersama yang membuat nilai dasar
masyarakat dalam suatu negara
d. Pembangkit kesadaran masyarakat dalam akan
kemerdekaan melawan penjajahan
e. Gabungan antara pandangan hidup yang merupakan
nilai-nilai falsafah yang menjadi pedoman hidup suatu negara.
B. Pengerian Doktrin
Kata doktrin berasal dalam inggris doctrine
yang berarti ajaran. Dari kata doctrine itu kemudian dibentuk
kata doctrinal yang berarti yang berkenaan dengan ajaran atau yang
benrsifat ajaran. Doktrin berisi ajaran kebenaran yang sudah memiliki “balutan”
filosofis sebagai suatu ajaran, doktrin lebih bersifat praktis.
C.Agama Sebagai Doktrin
Doktrin agama adalah suatu akidah atau kepercayaan
kepada Tuhan, suatu ikatan, kesadaran dan penyembahan secara spritual
kepada-Nya. Doktrin agama bersumber kepada wahyu. Dan agama diperuntukkan bagi
manusia. Karena agama bersumberkan pada wahyu, berarti kebenaran yang
dimunculkannya bernilai mutlak.
Harun Nasution membagi ajaran agama menjadi “ajaran
dasar” (mutlak) dan “ajaran penjelasan” (nisbi). Disebut “ajaran dasar” karena
sumbernya wahyu, yakni berupa ajaran-ajaran tekstual yang terdapat dalam
kitab-kitab suci (dalam islam: al-Qur’an)dan disebut “ajaran penjelasan” karena
sumbernya adalah pemikiran manusian, yang berupa upaya ijtihad dari ajaran
dasar.
D.Islam Sebagai Doktrin
Islam sebagai doktrin adalah memandang islam sebagai
wahyu Allah sebagaimana ajarannya terdapat dalam al-Qur’an dan al-Sunnah yang
diyakini kebenarannya dan bersifat mutlak. Doktrin islam yang paling pokok
adalah trilogi iman, islam, ihsan
1. Iman, pembenaran dan keyakinan terhadap adanya
Allah dengan Ke-Esa-an-Nya, Malaikat, pertemuan dengan-Nya, para
utusan-utusan-Nya dan percaya kepada hari kebangkitan atau hari akhir.
2. Islam, ketundukan kepasrahan dan ketaatan dalam
menyembah (ibadah) kepada Allah, tidak musyrik kepada-Nya, kemudian
melaksanakan segala perintah-Nya.
3. Ihsan, berbuat baik atau perbuatan baik.
E.Bentuk-bentuk Penyikapan Doktrin
Ada bebrapa bentuk penyikapan
doktrin:
a.
Eksklusivisme; yang menganggap
agamanya sendiri sebagai agama yang benar.
b.
Inkluisivisme; yang memiliki
sifat menerima dan toleran terhadap adanya tataran-tataran yang berbeda.
c.
Pluralisme; yakni memiliki
sifat menyamakan dan menyejajarkan semua kebenaran agama, sekalipun pada
dasarnya memiliki perbedaan.
BAB V: MODEL-MODEL PENELITIAN AGAMA (BAGIAN
2) AGAMA SEBAAGAI PRODUK
BUDAYA
A. Pengertian Kebudayaan
Kebudayaan adalah hasil daya cipta manusia
dengan menggunakan dan mengerahkan segenap potensi batin yang dimilikinya.
Menurut B. Taylor adalah keseluruhan yang kompleks meliputi pengetahuan,
kepercayaan, kesenian, hukum,moral, adat dan berbagai kemampuan serta kebiasaan
yang diperoleh manusia sebagai anggota masyarakat. Adapun ilmu mengenai
kebudayaan secara garis besar memiliki dua ruang lingkup:
1. Berbagai aspek kehidupan yang mengungkapkan
masalah kemanusian dan budaya yang dapat didekati dengan menggunakan
pengetahian budaya (the humanites), baik dalam segi keahlian (disiplin)
di dalam pengetahuan budaya maupun gabungan berbagai disiplin dalam pengetahuan
budaya.
2. Hakikat manusia satu atau universal, tetapi
beragam perwujudanya dalam kebudayaan setiap zaman dan tempat. Penelitian
budaya merupakan tradisi masyarakat kolektif (folklore) Folklore
menurut Espinosa, sebagai sekutip Suwardi Endaswara dalam bukunya Metodologi
Penelitian Kebudayaan, meliputi; Kepercayaan, adat, tahayul, teka-teki, mitos,
ilmu gaib, dan lain sebagainya.
A. SEBAGAI SASARAAN PENELITIAN BUDAYA
Agama sebagai sasara penelitian budaya berarti
menggunakan pendekatan penelitian yang lazim digunakan dalam penelitian
budaya. Falsal menjelaskan bahwa walaupun memiliki keterkaitan, islam dan
kebudayaan merupakan dua entitas yang berbeda, sehingga keduanya bisa dilihat
dengan jelas dan tegas.
C.PENDEKATAN KEBUDAYAAN DALAM KAJIAN AGAMA
Pendekatan kebudayaan dapat mengarahkan dan
menambah keyakinan-keyakinan keagamaan yang dimiliki masyarakat sesuai dengan
ajaran yang benar, tanpa harus menimbulkan gejolak. Setidaknya ada 4 (empat)
ciri fundamental cara kerja pendekatan antropologi terhadap agama yaitu descriptive,
local praktices, dan compaeative.
BAB VI: MODEL-MODEL PENELITIAN AGAMA (BAGIAN
3) AGAMA SEBAGAI PRODUK INTERAKSI SOSIAL
A . Agama Sebagai Produk Interaksi Sosial
Interaksi sosial yaitu hubungan timbal balik dan
pengaruh mempengaruhi antara individu dalam masyarakat, serta antara individu
dalam masyarakat, serta dalam individu dengan lingkungan fisik, yang dapat
terjadi terdapatnya perubahan atau pergeseran sosial. Agama sebagai kejala
sosial, pada dasarnya bertumpu pada konsep sosiologi agama. Masyarakat
mempengaruhi agama, dan agama mempengaruhi masyarakat.
B. Penelitian Eksperimental
Penelitian Eksperimen menurut Solso dan Maclin,
penelitian yand didalamnya ditemukan minimalsatu variabel yang dimanipulasi
untuk mempelajari hubungan sebab akibat. Oleh karena itu penelitian eksperimen
erat kaitanya dalam menguji sesuatu hepotesis dalam rangga mencari pengaruh,
hubungan, maupun perbedaan, perubahan terhadap kelompok yang dikenakan
perlakuanya.
Ciri-ciri penelitian eksperimen sebagai berikut:
1.
/span>Adanya perlakuannya untuk
melihat pengaruh variabel bebas terhadap variabel pengikat
2.
Adanya teknik-teknik tertentu
yang digunakan untuk mengendalikan berbagai variabel yang di duga akan mempengaruhi
variabel terikat diluar variabel yang sedang dikaji.
3.
Adanya unui-unit eksperimen
atau beberapa kelompok manusia yang menjadi objek kajian.
B. Pengamatan dan Pengamatan Terlibat (Observasi Partisipan)
Pengamatan merupakan bagian yang penting
dalam proses pengumpulan data, yaitu untuk meningkatnya kepekaan peneliti dari
operasional teknik pengumpulan data yang lain, terutama teknik wawancara.
Pengamatan sebagai metode pengumpulan data, secara umum dapat dibagi dalam dua
jenis teknik pengamatan. Pertama adalah pengamatan murni, yaitu pengamatan yang
dilakukan oleh peneliti tanpa terlibat dalam aktivitas sosial yang berlangsung.
Ke dua, pengamatan terlibat, dimana penelitian melibatan dirinya dalam proses
kehidupan sosial yang masyarakat yang diteliti dalam melakukan melakukan
“Empati” terhadap subyek penelitian.
Dalam sebuah penelitian, analisis survei bertujuan untuk:
a.
Penjajagan (eksploratif),
peneliti ini bersifat terbuka, masih mencari-cari dan menggali.
b.
Deskriptif, penelitian ini
dimaksudkan untuk pengukuran yang cermat terhadap fenomena sosial tertentu.
c.
Penjelasan (eksplanatory), Peneliti
menjelaskan hubungan kausal antara variabel-variabel melalui pengujian
hipotesa.
d.
Evaluasi , yang menjadi pokok
pertanyaan adalah sampai seberapajauh tujuan yang digariskan pada awal program
tercapai atau mempunyai tanda-tanda akan tercapai.
e.
Prediksi, mengadakan prediksi
atau perkiraan mengenai suatu fenomena sosial tertentu.
f.
Penelitian Operasional, pusat
perhatian adalah variabel-variabel yang berkaitandengan aspek operasinal suatu
program.
g.
Pengembangan
indikator-indikator sosial, dapat dikembangkan berdasarkan survey-survey.
2. Analisis Statistik
Bentuk data analisis statiska adalah
kuantitatif dan kualitatif.Kualitatif adalah sebagai proses yang mencoba untuk
mendapatkan pemahaman yang lebih baikmengenai kompleksitas yang ada dalam
interaksi manusia.Data kualitatif data yang disajikan dalam bentuk kata atau
kalimat yang direkam ke dalam catatan-catatanlapangan atau (Field Notes)
. Data Kuantitatif adalah data yang dikumpulkan tentang variabel objek berupa
angka-angka, yaitu variabel merikal dan variabel kategorikal.
E . Analisis Data
Analisis data dapat dilakukan dalam tiga
tahapan berikut ini:
1 . Analisis data selama pengumpulan data
Kegiatan analisis data selama pengumpulan
data dapat dimulai setelah peneliti pemahami fenomena sosial yang sedang
diteliti dan setelah penguumpulan data meliputi:
a. Menetapkan fokus peneliti, apakah tetap sebagai
yang telah direncanakan ataukah perlu diubah.
b. Penyusuan temuan-temuan sementara berdasarkan data
yang telah terkumpul.
c. Pembuatan rencana pengumpulan data
berikutnyaberdasarkan temuan-temuan pengumpulan data sebelumnya.
d. Pengembangan pertanyaan-pertanyaan analitik dalam
rangka pengumpulan data berikutnya.
e. Penetapan sasaran-sasaran pengumpulan data
(informan,situsi,dokumen)
2 . Reduksi Data
Data yang diperoleh di lapangan
disusun dalam bentuk uraian yang lengkap dan banyak. Data tersebut direduksi,
dirangkup, dipilih hal-hal yang pokok, dan difokuskan pada hal-halyang penting
dan berkaitan dengan masalah. Dalam prosesnya data ini, peneliti dapat
melakukan pilihan-pilihan terhadap data yangbhendak dikode ,mana yangb dibuang,
mana yang merupakan ringkasan, cerita-verita apa yang sedang berkembang.
3 . Display Data
Analisis ini dilakukan
mengingat data yang terkumpul itu sangat banyak. Data yan tertumpuk dapat
menimbulkan kesulitan dalam menggambarkan rincinya secara keseluruhan dan sulit
pula untuk mengambil kesimpulan. Kesukaran ini dapat diatasi dengan cara
membuat model, matriks atau grafiks sehingga keseuruhan data dan bagian-bagian
detainya dapat dipetakan dengan jelas.
4 . Penarikan Kesimpulan dan Verifikasi
Data yang sudah dipolarkan,
kemudian difokuskan dan disusun secara sistematis, baik melalui penentuantema
maupun model grafik atau juga matrik. Kemudian melalui induksi data tersebut
dikumpulkan sebagai makna data dapat ditemukan. Namun kesimpulan itu bersifat
bersifat sementara dan masih bersifat umum. Verifikasi sendiri bisa dilakukan
dengan cara triangaggulasi dan member chek. Member chek berarti
peneliti berupa melibatkan diri dengan informan/responden untuk
mengonfirmasikan dan mendiskusikan kembali data yang telah di dapat dari
informan guna memperoleh keabsahan dan keobjektifan data yang diperoleh selama
penelitian berlangsung.
BAB VII: ISLAM SEBAGAI SASARAN STUDI DOKTRINAL
A . Islam Sebagai Doktrin
Kata doktrin berasal dari bahasa inggris
doktrine yang berarti ajaran. Dari kata doktrine kemudian dibentuk kata
doctrinal, yang berarti berkenaan dengan ajaran atau bersifat ajaran. Studi
doktrinal berarti studi yang berkenaandengan ajaran atau studi tentang sesuatu
yang bersifat teoritis dalam arti tidak praktis. Karena ajaran itu belum
menjadi sesuatu bagi seseorang yang dijadiksn dasar dalam berbuatan atau
mengerjakan sesuatu. Sekarang ini kalau kita iihat al-Sunnah atau al-Hadits,
kita dapat lihat di berbagai kitab Hadits. Misalnya kitab Hadits Muslim yang di
susun oleh Imam Muslim, kitab hadits Shaheh Bukhari yang ditulis imam Al
Bukhari, dll.
Dari kedua sumber itulah, al-Qur’an dan
al-Sunnah, ajaran islam diambil. Namun meski kita mempunyai dua sumber,
sebagaimana disebutkan diatas, ternyatadalam realitasnya, ajaran islam yang
digali dari sumber tersebut memerlukank Keterlibatan akal (ra’yu) dalam bebtuk
ijtihad. Dengan ijtihad maka ajaran berkembang. Karena ajaran islam yang ada di
dalam sumber tersebut ada yang tidak terperinci, banyak yang diajarkan secara
garis besar atau secara global. Agama sebagai doktrin, tidak sebatas hanya
sekedar menerangkanhubungan antara manusia dengan tuhan saja, tetapi juga
melibatkankesadaran sosiologis, psikologis bahkan ajaran agama tertentu dapat
diteliti secara mana keterkitan ajaran etikanya dengan corak pandangan hidup
yang mendorong untuk memperoleh kesejahteraan hidup yang optimal.
B. Ruang Lingkup Doktrin Islam
Ruang lingkup sebagai doktrin dapat
dijelaskan berdasarkan tiga lingkup: Tuhan, manusia, dan alam. Doktrin
tentang Tuhan, islam datang sebagai wahyu yang mula memberitahukan kepada
manusia tentang Tuhan. Doktrin tentang manusia, maka islam memandangnya sebagai
makhluk termulia. Islam membicarakannya secara lengkap, seperti perjalanan
hidup manusia, fitnah manusia, dan hakikat manusia. Doktrin tentang alam, Islam
membagi alam menjadi dua. Alam syahadah (alam yang dapat di indra) dan alam
ghaib (alam yang tidak dapat di indra) seperti matahari, bumi, bulan,langit,
dan planet-planet serta seluruh yang ada didalamnya. Sedangkan alam yang kedua
meliputi malaikat, jin, syaiton, neraka, surga serta peristiwa-peristiwa lain
yang belum bisa di indra manusia.
C . Model Penelitan Islam Sebagai Doktrin
Adapun penelitian berarti
pemeriksaan, penyeledikan yang dilakukan dengan berbagai cara secara seksama
dengan tujuan mencari kebenaran-kebenaran objektif yang disimpulkan melalui
data-datayang terkumpul. Kebenaran objektif yang diperoleh tersebut, kemudian
digunakan sebagai dasar ataulandasan untuk pembarua, pengembangan, atau
perbaikan dalam masalah-masalah teoritis dalam praktis dalam bidang-bidang
pengetahuan yang bersangkutan.
1. Model penelitian Tafsir
Tafsir adalah ilmu untuk memahami Kitab Allah SWT, yang
diberikan kepada Nabi Muhammad SAW, dan merupakan menjelas makna-makna
sertakesimpulan hikmah dan hukum. Berikut model-model penafsira al-Qur’an yang
dilakukan oleh para ulama tafsir.
a.
Model Quraisy Syihab
Model penelitian yang berupaya menggali
sejauh mungkin produk tafsir yang dilakukan ulama-ulama tafsir terdahulu
berdasarkan berbagai literatur tafsir baik yang bersifat primer, yakni yang
ditulis oleh ulama tafsir yang bersangkutan maupun ulama lainya.
b.
Model al-Shirbbasyi
Hasil penelitian mencangkup tiga bidang:
1. Sejarah penafsiran al-Quran yang dibagi dalam
tafsir pada sahabat Nabi.
2. Corak tafsir, yaitu tafsir ilmiah, tafsir sufi dan
tafsir politik.
3. Gerakan pembaruan di bidang tafsir.
c . Model al-Ghazali
Penelitian tafsir tang bercorak
eksploratif, deskriptif, dan analitis dengan berdasarkan pada rujukan
kitab-kitab yang ditulis ulama terdahulu. Adanya metode dalam memahami
ai-Qur’an. Adanya pendekatan atsariahatau tafsir bi al-ma’tsur yaitu penafsiran
ayat dengan ayat, atau penafsiran ayat dengan hadits Nabi. Tafsir bercorak
dialogis seperti yang pernah dilakukan oleh Ar-Razi dalam tafsiranya Al-Kabir.
2 . Model Penelitian Hadits
Dalam rangka melakukan penelitian terhadaap
hadits, ada beberapa model penelitian yang bisa dilkukan yaitu:
a.
Takhrij hadist
Adalah menunjukkan atau
mengemukakan letak asal hadits pada sumbernya yang asli, yakni berbagai kitab
yang di dalamnya dikmukakan hadits tersebut secara lengkap dengan sanadnya
masing-masing, kemudian untuk kepentingan kritik sanad, dijelaskan kwalitas sanad
para periwayat dari hadits yang bersangkutan.
b. I’tibar
Berarti menyertakan sanad-sanad
untuk hadits tertentu, yang hadits itu pada bagian sanadnya tampak hanya
terdapat seorang periwayat saja,.Jadi I’tibar adalah mengetahui keadaan sanad
hadist seluruhnya dilihat dari ada atau tidaknya pendukung(corroburation)
berupa periwayatan yng berstatus muttabi’ atau syahid.
c.
Kritik Sanad
Ulama hadits berpendapat bahwaada
dua hal yang harus di kritisi pada diri pribadi periwayat hadist untuk
diketahui apakah riwayat hadits yang dikemukakan dapat diterima sebagai hujjah
ataukah harus di tolak. Kedua hal itu adalah ke’adilan dan kedhabit-annya.
Ke’adilan berhungan dengan kwalitas pribadi, sedangkan keddhabit-annya
berhubungan dengan kapasitas intelektualnya.
d.
Kritik Matan
Metode kritik matan menurut
al-A’zhami, banyak terfokus pada metode mu’aradhah. Langkah pencocokan itu
dilakukan dengan petunjuk eksplisit, yaitu dengan cara:
1. Mengkomparasikan hadits dengan al-Quran.
2. Membandingkan antara hadits atau antara hadits dengan
sirah nabawiyah.
3. Mengonfirmasikan riwayat hadist dengan realita dan
sejarah.
4. Mengkomparasikan hadits dengan rasio.
5. Memandingkan hadits-hadits dari berbagai murid
seorang ulama
6. Memndingkan pernyataan seorang ulama setelah
berselang suwaktu waktu.
7. Perbandingan dokomen tertulis dengan hadits yang
disampaikan dari ingatan.
VIII. AGAMA SEBAGAI STUDI SOSIAL
A.Islam Sebagai Sasaran Studi Sosial
Yang dimaksud islam sebagai sasaran studi sosial disini
adalah studi tentang islam sebagai gejala sosial. Islam sebagai sasaran studi
sosial adalah islam yang telah menggejala atau yang sudah menjadi fenomena
islam, yang sudah menjadi fenomena adalah islam yang sudah menjadi dasar dari
sebuah perilaku dari para pemeluknya.
Agama sebagai gejala sosial , pada dasarnya bertumpu
pada konsep sosiologi agama. Sosiologi agama mempelajari hubungan timbal balik
antara agama dan masyarakat. Masyarakat mempengaruhi agama, dan agama
mempengaruhi masyarakat. Sedangkan ilmu kealaman itu sendiri paradigmanya
positivisme. Paradigma positivisme dalam ilmu ini adalah sesuatu itu baru
dianggap sebagai ilmu kalau dapat diamati (observable), dapat
diukur (measurable), dan dapat dibuktikan (verivable). Sedangkan
ilmu budaya hanya dapat diamati dan ilmu sosial yang dianggap dekat dengan ilmu
kealaman berarti juga dapat diamati, diukur, dan diverivikasi.
1. Letak Ilmu Sosial; terletak di antara ilmu alam
dan ilmu budaya
2. Ilmu Sosial dan Teori
Salah satu contoh metode penelitian sosial yang
dapat digunakan dalam penelitian agama adalah grounded research yaitu
metode penelitian sosial yang bertujuan untuk menemukan teori melalui data yang
diperoleh secara sistematik dengan menggunakan analisis komparatif konstan.
Tiga pokok yang menjadi ciri grounded research, yaitu:
a. Adanya tujuan menemukan atau merumuskan teori.
b. Adanya data sistematik.
c. Digunakan analisis komparatif konstan.
B.Pandangan Islam terhadap Ilmu Sosial
Keseimbangan hidup antara dunia dan akhirat, antara
hubungan manusia dengan tuhan, antara hubungan manusia dengan manusia, dan urusan
ibadah dengan urusan muamalah. Islam lebih banyak memperhatikan aspek
kehidupan sosial dari pada aspek ritual. Keterkaitan agama dengan masalah
kemanusiaaan jika dikaitkan dengan situasi kemanusiaan di zaman modern ini
sesungguhnya menyimpan suatu potensi yang dapat menghancurkan martabat manusia.
Manusia telah berhasil mengorgansasikan
ekonomi, menata struktur politik, serta membangun peradaban yang maju untuk
dirinya sendiri, tetapi pada saat yang sama, kita juga dapat melihat bahwa umat
manusia telah menjadi tawanan dari hasil ciptaannya sendiri.
C.Ilmu Sosial Bernuansa Islam
Ilmu sosian yang tidak hanya menjelaskan dan mengubah
fenomena sosial, tetapi juga memberi petunjuk kearah mana transformasi itu
dilakukan, untuk apa dan oleh siapa. Ilmu sosial yang mampu mengubah fenomena
berdasarkan cita-cita etik dan profetik tertentu.
D.Peran Ilmu Sosial Profetik pada Era Globalisasi
Dalam bidang ilmu pengetahuan dan teknologi (iptek)
islam bukanlah agam tertutup. Islam adalah paradigma terbuka,sebagai mata
rantai peradaban dunia.
IX.ISLAM SEBAGAI SASARAN STUDI BUDAYA
A. Budaya Islam
Kebudayaan meruupakan sesuat yang dikonstruksi
yang mencangkup kesuluruhan pengetahuan manusia sebagai mahkluk sosial,
diyakini kebenaranya untuk menginterprestasi dan memahami lingkungan yang
dihadapi serta mendorong terjadinya tindakan-tindakan. Bawah konsep kebudayaan
masyarakat adanya hubungan antara kenyakinkan dengan perilaku, manusia dan alam
dan alam dan individu dengan masyarakat. Kebudayaan bertujuan merekonstruksi
kebudayaan agar dapat lebih memuaskan pelaku budaya itu.
Dari paparan di atas diketahui bahwa kebudayaan
memiliki karakteristik yaitu:
1.
Dipelajari dan diperoleh.
2.
Diwariskan turun temurun dari
generasi ke generasi.
3.
Berkembang melalui interaksi
individu.
4.
Merupakan pemikiran yang
mendalam untuk dijadikan simbol yang memberikan makna terhadap lingkungan
melalui pengalaman.
B . Contoh Kajian Budaya dalam Perkembangan
islam di jawa.
Interaksi islam dengan budaya di jawa melahirkan
tiga bentuk ke-islaman yang punya dasar pikiran yang berbeda-berbeda dan kadang
memancing konflik antara satu dengan lainya, yaitu islam pesantren, islam
kejawen, dan islam Modernis.
C . Islam Sebagai Sasaran Studi Budaya
1. Karakteristik Studi Budaya
Pada awal perkembangan, ilmu dibagi
menjadi dua yaitu ilmu kealaman dan ilmu budaya. Ilmu kealaman seperti
fisika,kimia, biologi dan lain-lain mempunyai tujuan utama mencari
keteraturan-keteraturan yang terjadi pada alam. Sebaliknya ilmu budaya
mempunyai sifat terulang tetapi unik.
Studi budaya diklasifikasikan menjadi dua
bagian besar:
a.
Budaya implisit, merupakan
hubungan antar kelompok dan satu kelompok dan satu kelompok individu yang
mengatur dan mengupayakan agar berperilaku sesuai dengan budaya kelompok.
b.
Budaya eksplisit, merupakan
adopsi budaya diri sekelompok individu dengan budaya yang berbeda.
2. Pendekatan Budaya dalam Memahami Islam
Penelitian
budaya adalah penelitian tentang naskah-naskah (filologi), alat-alat ritus
keagamaan, benda-benda purbakala agama (arkeologi), sejarah agama, nilai-nilai
dari mitos-mitos yang dianut para pemeluk agama, dan sebagainya. Sistem sosial
keagamaan, hanya dapat dikaji jika karakteristik sosiogis diterima sebagai
titik tolak.
Suatu
pengetahuan baru dianggap sebagai ilmu kalau dapat diamati (observable), dapat
diukur (measurable), dan buktikan (veriviable). Sebaliknya ilmu budaya hanya
dapat diamati. Ada lima bentuk gejala agama. Pertama, scripture, naskah-naskah
sumber ajaran dan simbol-simbol agama. Ke dua para penganut para pemimpin dan pemuka
agama, yakni sikap, peilaku dan penghayat para penganutnya. Ke tiga,
ritus-ritus, lembaga-lembaga, dan ibadah-ibadat, seperti sholat, haji, puasa,
perkawinan, dan waris, Ke empat, alat-alat seperti masjid,gereja, lonceng, peci
dan semacamnya. Ke lima, organisai-organisasi keagamaan tempat para penganut
agama berkumpul dan berperan, seperti Nahdatul Ulama, Muhamadiyah, Syi’ah dan
lain-lain.
Penelitian islam dengan pendekatan kebudayaan
memiliki banyak manfaat antara lain:
a. Alat untuk memahami corak keagamaan yang memiliki
s ebuah masyarakat.
b. Mengarahkan dan menambah kenyakinan agama yang
dimiliki para warga masyarakat. tersebut sesuai dengan ajaran yang benar menuru
islam tanpa harus harus menimbulkan pertentangan.
X. KARAKTERISTIK AJARAN ISLAM
A.Pengertian Islam Menurut Ajaran
Kata islam menurut istilah adalah mengacu kepada agama
yang bersumber pada wahyu yang datang dari Allah SWT., yang ditugasi oleh Allah
untuk menyebarkan ajaran islam tersebut kepada umat manusia . Dengan demikian,
secara istilah ialam adalah nama bagi suatu agama yang berasal dari Allah SWT.
B.Karakteristik Ajaran Islam
Karakteristik ajaran Islam adalah suatu karakter yang
harus dimiliki oleh setiap umat muslim dengan berpedoman pada Al-Qur’an dan
Hadits. Dari berbagai sumber tentang Islam yang ditulis para tokoh, dapat
diketahui bahwa Islam memiliki karakteristik yang khas, yang dapat dikenali
melalui konsepsinya dalam ajarannya. Karakter tersebut antara lain:
1. Dalam bidang akidah
Karakteristik islam
yang dapat diketahui melalui bidang akidah ini adalah bahwa akidah Islam
bersifat murni baik dalam isinya maupun prosesnya.
2. Dalam bidang agama
Melalui karyanya
yang berjudul Islam Doktrin dan Peradaban, Nurcholis Masjid banyak berbicara
tentang karakteristik ajaran Islam dalam bidang agama.
3. Dalam bidang ibadah
Secara harfiah Ibadah
berarti manusia kepada Allah SWT, karena didorong dan dibangkitkan oleh aqidah
tauhid.
4. Dalam bidang pendidikan
Islam memandang
bahwa pendidikan adalah hak bagi setiap orang, laki-laki maupun perempuan dan
berlangsung sepanjang hayat.
5. Dalam bidang sosial
Karakteristik ajaran
Islam dibidang sosial ini, Islam menjunjung tinggi tolong menolong, saling
menasehati, tentang hak dan kesabaran, kesetiakawanan, egalister (kesamaan
derajat), tenggang rasa dan kebersamaan.
6. Dalam bidang ekonomi
Karakteristik ajaran
Islam yang selanjutnya dapat dipahami dari konsepnya dalam bidang kehidupan
yang harus dilakukan.
Karakteristik ajaran
Islam yang selanjutnya dapat dipahami dari konsepnya dalam bidang kehidupan
yang harus dilakukan.
7. Dalam bidang kesehatan
Ciri khas Islam
selanjutnya dapat dilihat dari konsepnya mengenai kesehatan ajaran Islam
memegang prinsip pencegahan lebih baikdaripada penyembuhan.
8. Dalam bidang politik
Ciri ajaran Islam
selanjutnya dapat diketahui melalui konsepnya dalam bidang politik. Dalam
al-Qur’an surat An-Nisa ayat 156 terdapat perintah mentaati ulil amri yang
terjemahannya termasuk penguasa di bidang politik, pemeintah dan negara.
9. Dalam bidang pekerjaan
Karakteristik Islam
selanjutnya dapat dilihat dari ajarannya mengenai kerja. Islam mengandung
bahwa kerja sebagai ibadah kepada Allah SWT.
C. Karakteristik Islam dalam Bidang Ilmu dan Kebudayaan
Islam mempunyai
karakteristik yang sangat luasdan tidak bisa memisah-memisahkan dengan yang
lainnya. Para ilmuan muslim juga mepergunakan berbagai pendekatan unttuk
mengetahui dan memahami karakteristik ajaran Islam. Islam bisa dibilang bisa
mnjiwai dalam setiap bidang selain agama. Hal itu membuat Islam memiliki
karakteristik tersendiri jika dipraktekkan dalam segala asprk kehidupan seperti
ekonomi, hukum, etika, sosial, pendidikan dan lain sebagainya. Islam demikian
kuat mendorong manusia agar memiliki pengetahuan dengan cara menggunakan
akalnya untuk berfikir, merenung dan sebagainya. Demikian pentingnya ilmu ini
hingga Islam memandang bahwa orang menuntut ilmu sama nilainya dengan jihad di
jalan Allah.
XI. POSISI SENTRAL AL-QUR’AN DAN HADIS DALAM STUDI ISLAM
A. Posisi al-Qur’an dalam Studi Islam
Secara etimologi (bahasa) al-Qur’an merupakan masdar
dari kata Qara’a mempunyai arti mengumpulkan dan menghimpun, dan qira’ah
berarti menghimoun huruf-huruf dan kata-kata satu dengan yang lain dalam suatu
ucapan.yang tersusun rapi. Qur’an pada mulanya seperti qira’ah, yaitu masdar
dari kata qara’a, qira’atan qur’anan. Sedangkan menuru Qurais sihab adalah
bacaan yang tertulis. Sedangkan secara termologi al-Qur’an adalah Kalamullah
yang di wahyukan kepada Nabi Muhammad SAW., sebagai pedoman bagi ummat Islam
yang di sampaikan melalui perantara Jibril melalui jalan mutawattir yang
membacanya dinilai sebagai ibadah yang di awali dengan surat al-Fatihah dan di
tutup dengan an-Naas. Dikalangan ulama juga di jumpai perbedaan pendapat tidak
hanya dalam pengertian secara etimologi saja tetapi juga pengertian al-Qur’an
secara termilogi, diantaranya:
1. Safi’ Hasan Abu Thalib menyebutkan bahwa al-Qur’an adalah wahyu
yang diturunkan dengan lafal bahasa arab dan maknanya dari Allah SWT,.
2. Zakariah al-Birri mengemukakan bahwa al-Qur’an adalah wahyu yang
diturunkan dengan al-kitab yang disebut al-Qur’an dalam kalam Allah SWT,.
3. Al-Ghzali mengatakan bahwa al-Qur’an adalah merupakan firman
Allahk,.
B. Posisi Hadis dalam Studi Islam
Hadis secara bahasa memiliki makna baru (jadid)
atau berita (khabar). Term hadits dalam al-Qur’an disebutkan dalam berbagai
tempat dan kesemuanya merujuk pada maka khabar. Selain term hadits, ada pula
beberapa term lain yang digunakan sebagai pembanding term hadits antara lain:
1. Sunnah
Sunnah secara bahasa mempunyai pengertian perjalanan,
kebiasaan baik atau buruk.
2. Khabar
Khabar secara bahasa memiliki pengertian sesuatu yang
dinukil dan dibicarakan atau berita yang disampaikan dari satu orang ke orang
lainnya.
3. Atsar
Satu lagi istilah perbandingan term hadits adalah atsar.
Atsar secara bahasa berarti jejak atau bekas.
Upaya mengetahui kualitas hadits melalui dua unsur ini, dapat dilakukan
berbagi pendekatan, diantaranya:
1. Ilmu hadits riwayah, membahas ucapan-ucapan dan
perbuatan-perbuatan Nabi SAW., periwayatannya, pencatannya, dan penelitian
lafazh-lafazhnya.
2. Ilmu hadits diroyah, untuk mengetahui keadaan sanad dan matan dari
jurusan diteriama atau ditolak dan yang bersangkutan paut dengan itu.
3. Ilmu rijaal al-hadits, mempelajari hal illwal para perawi, baik
dari kalangan sahabat, tabi’in maupun generasi sesudahnya.
4. Jarh wa ta’dil, mempelajari keadaan perawi hadits dari segi
sifat-sifat baik dan sifat jeleknya, serta kuat tidak hafalannya yang akan
mempengaruhi diterima atau ditolak periwayatannya.
5. Gharib al-hadits, menerangkan makna kalimat yang terdapat dalam
matan hadits yang sukar diketahui maknanya dan jarang terpakai oleh umum.
6. Illat al-Hadits, membahas sebab-sebab tersembunyinya yang dapat
menyebabkan cacatnya hadis secara lahiriah mungkin tidak kelihatan.
7. Asbab al-Wurud, untuk mengetahui sebab keluarnya hadits.
8. Nasikh Mansukh, membahas hadits-hadits yang antara satu dengan
lainnya saling bertentangan maknanya yang tidak mungkin dapat dikompromikan
dengan menyelidiki mana hadits yang lebih dahulu.
C. Pandangan Teologi tentang al-Qur’an dan Hadits
Teologi adalah ilmu tentang Tuhan, teologi adalah
ilmu yang membicarakan tentang Tuhn dan pertaliannya dengan manusia baik
berdasarkan kebenaran wahyu atau berdasarkan penyelidikan akal murni. Di dalam
sejarah perkembangannya, teologi Islam pada mulanya berkembang dari pertama,
Metodologi Teologi yang merupakan suatu cara untuk mendoktrin agama melalui
pendekatan wahyu dan pemikiran rasionalnya. Ke dua, menjadi ilmu Teologi yang
merupakan ilmu yang membahas masalah ketuhanan dan segala yang berkaitan
dengan-Nya. Selanjutnya, karena pandangan hidup (teologi) seorang muslim
berdasarkan al-Qur’an an al-Sunnah maka yang menjadi dasar atau fundamental
dalam studi Islam adalah al-Qur’an dan hadits itu sendiri. Sehingga secara
akidah diyakini oleh [emeluknya akan sesuai dengan fitrah manusia artinya
memenuhi kebutuhan manusia kapanpun dan dimanapun.
XII. MACAM-MACAM PENDEKATAN DALAM STUDI ISLAM
A.Pendekatan Sosiologis
Sosiologi adalah ilmu yang mempelajari hidup
bersama dalam masyarakat dan menyelidiki ikatan-ikatan manusia yang menguasai
hidupnya itu. Sosiologi dapat digunakan sebagai salah satu pendekatan dalam
memahami agama.
Pendekatan sosiologis dibedakan dari pendekatan
studi agama lainnya karena fokus perhatiannya pada interaksi antara agama dan
masyarakat. Adapun teori interaksionalisme dengan analisis mikro, yaitu lebih
memfokuskan perhatiannya pada karakteristik personal dan interaksi yang
terjalin antar individu.
1.
Teori Fungsionalisme
Suatu masarakat mengalami pertumbuhan yang
semakin lama semakin besar dan kompleks, masing-masing bagian dalam masyarakat
memiliki fungsi tertentu yang berbeda-beda, perubahan yang terjadi pada suatu
bagian masyarakat mengakibatkan perubahan bagian-bagian lain.
2.
Teori Konflik
Distribusi kekuasaan dan wewenang secara
tidak merata tanpa kecuali menjadi faktor yang menentukan konflik sosial secara
sistematis. Perbedaan wewenang adalah suatu tanda dari adanya berbagai posisi
dalam masyarakat.
3.
Teori Interaksionalisme
Teori ini lebih menekan pada pemahaman makna dengan cara melakukan
empati terhadap suatu aktivitas itu sebagai bagian dari keseluruhan aktivitas
yang ada dalam masyarakat.
B.Pendekatan Historis
Sejarah adalah salah satu ilmu pengetahuan yang
beriktiar melukiskan dan menjelaskan fenomena kehidupan sepanjang terjadinya
perubahan karena adanya hubungan antara manusia terhadap masyarakatnya.
Karakteristik sejarah sebagai pendekatan, yaitu sebagai sebuah kerangka
metodologi didalam pengkajian atau suatu masalah untuk menerobos segala sesuatu
masalah itu dalam kelampauannya.
Agama dan sejarah tidak dapat dipisahkan. Sebab,
sejarah manusia sesunggunys adalah sejarah agama. Agama mendasari
sejarahmanusia karena agama merupakan unsur dan nyawa sejarah. Dengan
menggunakan pendekatan sejarah ada lima teori yang bisa digunakan, yaitu:
1.
Idealisme approach.
2.
Reductionalist approuch.
3.
Diakronik.
4.
Sinkronik.
5.
Teori.
Berikut metode pendekatan sejarah:
1.
Pemilihan topik
2.
Pengumpulan sumber
3.
Vervikasi
4.
Interprestasi
5.
Penulisan
Pendekatankesearahan ini amat dibutuhkan dalam
memahami agama, karena agama itu sendiri turun dalam situasi yang konkreat
bahkan berkaitan dengan kondisi sosial kemasyarakatan.
C.Pendekatan Psikologis
Penelitian agama dalam pendekatan psikologis adalah
penelitian terhadap peristiwa atau pengalaman kejiwaan individu yang terkait
dengan rasa keagamannya. Ada tiga metode dalam penyelidikan agama lewat
pendekata psiikologis yaitu:
1.
Pendekatan Struktural
Pendekatan struktural bertujuan untuk
mempelajari pengalaman seseorang berdasarkan tingkatan atau kategori tertentu.
2.
Pendekatan Fungsional
Pendekatan fungsional adalah pendekatan yang
dilakukan untuk mempelajari bagaimana agama dapat berfungsi atau berpengaruh
terhadap tingkah laku hidup individu dalam kehidupannya.
3.
Pendekatan Psiko-analisis
Pendekatan psiko-analisis dalam agama adalah
suatu pendekatan yang dilakukan untuk menjelaskan tentang pengaruh agama dalam kepribadian
seseorang dan hubungan dengan pikiran, sistem perilaku dan penyakit-penyakit
jiwa.
4.
Pendekatan kepribadian
Perkembangan kepribadian pada tahap pertama
menekankan pada individuasi dan ketertarikan manusiapada sosial dan ekonomi.
Sementara pendekatan ke dua dan ke tiga, ada perubahan penting yang dianggapnya
sebagai puncak individuasi.
5.
Pendekatan Humanis
Manusia akan mempunyai dorongan untuk
mengaktualisasikan seluruh potensi diri yang dipunyainya. Salah satu
kecenderungan yang dipunyai orang yang teraktualisasi adalah tercapainya
pengalaman puncak yang menurut Maslow adalah pengalaman paling utama. Ddalam
melakukan pendekatan psikologi dalam mempelajari agama bisa dilakukan dengan
metode-metode berikut:
a. Studi arsip
b. Studi kasus
c. Pengukuran aktivitas otak
d. Survei
e. Pengamatan alami
f. Studi korelasi
g. Eksperimen
h. Studi literatur
XIII. MACAM-MACAM PENDEKATAN STUDI ISLAM
A.Pendekatn Teologis Normatif
Pendekatan teologis normatif dalam pemahaman
keagamaan adalah pendekatan studi islam yang memandang masalah dari sudut legal
formal dan atau normatifnya. Pendekatan teologis-normatif menekankan pada
bentuk forma atau simbol-simbol keagamaan yang masing-masing bentuk forma atau
simbol-simbol keagamaan tersebut mengklaim dirinya sebagai yang paling benar
dan yang lainnya dianggap salah.
Salah satu ciri pendekatan teologis dalam memahami
agama adalah menggunakan cara berfikir deduktif . Yaitu, cara berfikir yang
berawal dari keyakinan yang diyakini dan mutlak adanya, karena ajaran yang
berasal dari Tuhan sudah pasti benar. Pendekatan teologis erat kaitannya dengan
pendekatan normatif, yaitu suatu pendekatan yang memandang agama dari segi
ajarannya yang pokok dan asli dari Tuhan yang didalamnya belum terdapat
penalaran manusia.
B.Pendekatan Filologis
Studi agama tiddak dapat dipisahkan dari aspek
bahasa, karena manusia adalah makhluk berbahasa, sementara doktrin agama
dipahami, dihayati dan disosialisasikan melalui bahasa. Salah satu pendekatan
yang banyak dilakukan adalah para ilmuan adalah philological approuch.
Pendekatan filologi merupakan kunci pembuka khazanah budaya lama yang
terkandung dalam naskah-naskah.
Pendekatan filologi mampu mengungkap corakpemikiran
serta isi dari suatu naskah atau suatu kandungan teks untuk kemudian
ditramsformasikan kedalam bahasa konteks kekinian. Beberapa metode untuk
mengedit dan menyunting naskah klasik agar tugas tersebut dapat terlaksana
dengan baik. Beberapa langkah yang harus dilakukan dalam hal ini adalah:
1.
Inventarisasi naskah
2.
Deskripsi naskah
3.
Pengelompokan dan perbandingan
teks
4.
Trasnliterasi
5.
Terjemah
6.
Analisis
C.Pendekatan Hukum Islam
Para ahli hukum islam mendefinisikan fikih adalah
ilmu pengetahuan tentang hukum-hukum syara’ yang bersifat operasional yang
dihasilkan dari dalil-dalil yang terperinci. Perkembangan hukum islam terbagi
menjadi empat periode, yaitu:
1.
Periode Rasulluah
Pada masa Rasulullah adalah masa fikih islam
mulai tumbu dan membentuk dirinya menjelma kealam perwujudan.
2.
Periode Sahabat
Pada masa sahabat, islam telah menyebar luas
misalnya ke negeri Persia, Irak, Syam, dan Mesir
3.
Periode Ijtihad
Pada periode ini islam mengalami kejayaan
yang terjadi pada tahun 700-1000 Masehi.
4.
Periode Taqlid
Periode taqlid terjadi pasca abad ke-4 Hijriah (abad ke-11 Masehi).
Masyarakat sudah tidak setuju pada sumber-sumberhukum yang telah ada sebelum
periodenya, tetapi mereka lebih tertuju hanya untuk mempertahankan hukum
menurut madzhabnya masing-masing setiap individu atau kelompok.
Dari penjelasan diatas , dapat kita ketahui bahwa ada sebagian fuqoha
yang memiliki kapasitas untuk memahami, beristinbat, dan berijtihad secara
mutlak, namun mereka lebih memilih untuk ber-taqliddan mengikat pikiran mereka
dengan semua prinsip serta masalah cabang yang ada dalam.
D.Pendekatan Antropologis
Antropologis adalah ilmu yang mngkaji manusia dan
budayanya. Tujuannya adalah untuk memperoleh suatu pemahaman totalitas manusia
sebagai makhluk, baik dimasa lampau maupun sekarang, baik sebagai organisme
biologis manapun sebagai makhluk berbudaya.
Pengertian pendekatan antropologis dapat diartikan
sebagai salah satu upaya memahami agama dengan cara melihat wujud praktik
keagamaan yang tumbuh dan berkembang dalam masyarakat. Menurut Atho Mudzar,
fenomeno agama yang dapat dikaji ada lima kategori meliputi:
1.
Scripure atau naskah atau sumber ajaran dan simbol agama.
2.
Para penganut atau pemimpin
atau pemuka agama.
3.
Ritus, lembaga dan ibadat.
4.
Alat-alat (dan sarjana).
5.
Organisasi keagamaan tempat
para penganut agama berkumpul dan berperan.
Langkah dan tahapan pendekatan antropologi dalam studi islam memiliki
empat ciri fundamental. Meliputi:
1.
Deskriptif: Pendekatan
antropologis bermula dan diawali dengan kerja lapangan.
2.
Local praktis: Pendekatan
antropologis disertai praktik konkrit dan nyata di lapangan.
3.
Keterkaitan antar dominan
kehidupan secara lebih utuh: Pendekatan antropologis mencari keterkaitan
antarra dominan-dominan kehidupan sosial secara lebih utuh.
4.
Perbandingan: Pendekatan
antropologis perlu melakukan petbandingan dengan berbagai tradisi, sosial,
agama-agama dan budaya.
E.Penggalian Data
Penggalian data dalam penelitian agama dapat dengan
menggunakan kamar fenomenologi dengan tujuan memberi panduan yang runtut untuk
memahami sesuatu secara utuh dari fenomena yang muncul.
Setelah data-data yang terkait tema penelitian
terkumpul, peneliti mencoba mengelola dan menganalisa data-data tersebut dengan
mrnggunakan model analisa fenomenologis yang bersifat emik dan neotik. Fenomeno
yang dipahami disini merupakan sebuah pendekatan filosofis yang mendasarkan
diri pada penyelidikan asumsi-asumsi untuk sampai kepada esensi dari suatu
fenomena yang tampak, sebagai manifestasinaya dari sudut pandang orang pertama
(ego).
Tujuan dari fenomenologi adalah tercapainya
kesdaran murni tentang suatu hal kepada subyek yang mengamati dan mendekatinya.
Kajian fenomenologi ini bertujuan untuk mendapatkan pemahaman yang murni.